Konsili Vatikan II dalam Konstitusi Pastoral “Gereja di dalam Dunia Dewasa ini” merumuskan sastra sebagai berikut: “Sastra dan seni berusaha mengungkapkan ciri khas manusia, masalahnya, dan pengalamannya dalam upaya untuk mengenal dunia serta menyempurnakannya. Sastra dan seni berikhtiar memaparkan situasi manusia di dalam sejarah dan di seluruh dunia; melukiskan suka-duka, kebutuhan, dan tenaga manusia serta membayangkan nasib manusia yang lebih baik” (GS 62).
Berdasarkan rumusan yang singkat namun padat ini dapat dilihat bahwa sastra pada hakekatnya adalah “tentang manusia dan hidup manusia, perasaan dan pikirannya, kegembiraan dan harapannya”. Sastra merupakan ungkapan penghayatan manusia yang paling dalam tentang hidup dan kehidupan ini. Itu berarti sastra juga menghadapi masyarakat, agama, politik, dan berbagai bidang kehidupan lainnya, singkatnya seluruh kebudayaan manusia. Sastra pada hakekatnya merupakan hasil dari meditasi dan refleksi tentang manusia dan dunia. Ia berbicara kepada manusia dari hati ke hati, dan kemudian mengangkat dan menyempurnakan kehidupan manusia.
Kehadiran sastra sangat mempengaruhi kehidupan. Tak bisa dipungkiri bahwa realitas kehidupan sekarang sangat kental dengan kemajuan dan perkembangan teknologi. Di satu sisi kemajuan dan perkembangan teknologi ini dapat memberi manfaat yang cukup signifikan bagi manusia, tetapi di sisi lain dapat juga menghadirkan persoalan-persoalan yang tidak sedikit, misalnya tindakan kekerasan, pelecehan seksual, penipuan, kemunafikan, dll. Di sini sastra hadir untuk menginspirasi dan memberi jalan kepada manusia sehingga tidak terjerembab dalam persoalan-persoalan ini.
Fungsi Sastra
Karya sastra adalah sebuah proses kesadaran dan pembelajaran, baik bersifat formal atau natural yang memiliki fungsi. Horace, seorang Sastrawan Yunani berpendapat bahwa karya sastra itu memiliki dua fungsi, yaitu Dulce et Utile (indah dan bermakna). Bertolak dari pendapat ini dapat dikatakan bahwa sebuah karya sastra itu dibuat bukan tanpa tujuan (kesengajaan) dan bukan produk imajinasi seseorang (penulis).
Fungsi Dulce atau indah bisa dilihat pada cara penyajian sebuah karya sastra yang meliputi elemen-elemen intrinsiknya seperti penggunaan simbol, pemilihan diksi juga gaya kepenulisan yang sebenarnya juga dipengaruhi oleh kondisi sosial masyarakat yang ada. Fungsi Utile atau berguna, memberi sebuah penekanan bahwa karya sastra adalah suatu produk sosial, bukan semata produk personal. Karya Sastra menjadi sebuah instrumen dari suatu interaksi sadar antara penulis dan faktor-faktor eksternalnya seperti keluarga, alam, juga masyarakat.[1]
Peran Sastra dalam Kehidupan
Sastra itu bersifat netral. Ia melampaui batasan politik, agama, kebangsaan, suku, ras, jenis kelamin, dan bahkan perbedaan generasi. Menilik sejarah dan perkembangannya, sastra memang telah menjadi alat untuk menyampaikan pikiran, perasaan, gambaran, atau kritikan pada kondisi sosial masyarakat. Sastra itu menyelami isi hati dan cita-cita masyarakat. Panggilan sastra yang sebenarnya adalah meneruskan semangat untuk menghargai hidup, menjunjung tinggi kebenaran sejati, jujur, dan intens. Menurut Mohamad Sobari, sastra hadir untuk membebaskan bangsa dari kemunafikan, memperluas watak dan cita rasa bangsa untuk menyiapkan watak manusia yang adil dan beradab[2]. Lebih dari itu Julius R. Siyaranamual berpendapat bahwa sastra bertindak sebagai hati nurani di saat kebejatan dan kebrutalan menjadi sebuah kenyataan umum[3]. Karya sastra itu memiliki setidaknya tiga peran dalam kehidupan masyarakat, antara lain: Pertama, menyebarkan dan memelihara kebudayaan. Karya sastra merupakan produk masyarakat dalam bidang kebudayaan. Hingga kini sastra merupakan saksi budaya yang terus dikembangkan. Melalui karya sastra, seorang sastrawan secara tidak langsung membimbing pembacanya untuk menyadari khazanah kebudayaan atau membawa pembacanya memasuki pengalaman bangsa lain dalam sejarah dan kebudayaan, menyelami pikiran-pikiran bangsa lain, dan dengan itu akan dapat memperkaya kearifan dan kebijaksanaan dalam hidup. Lewat sebuah karya sastra pengarang tidak saja menyebarkan, tetapi juga memeliharanya.
Kedua, sebagai pengontrol sosial. Sastra dapat juga dijadikan sebagai satu alternatif yang berusaha menampilkan segala macam ketimpangan sosial yang membelenggu manusia. Melalui sebuah karya sastra sastrawan berusaha untuk menyadarkan pembacanya tentang masalah kemanusiaan. Dengan membeberkan segala kebobrokan dan penyimpangan dalam masyarakat, sastra mau menguji nurani manusia (pembaca), apakah suara hatinya masih peka terhadap berbagai persoalan yang menjerat manusia atau tidak. Dengan demikian sastra tidak melakukan pengendalian dan menyodorkan satu-satunya pilihan, tetapi dengan langsung mendeteksi kepekaan nurani manusia dan dengan itu diharapkan terpeliharanya sikap kritis. Ketiga, Mempengaruhi perubahaan sosial. Fungsi ini tidak terlepas dari fungsi sebagai pengontrol sosial dalam masyarakat. Dengan membeberkan segala ketimpangan yang terjadi dalam masyarakat, seorang sastrawan lewat karya sastranya menawarkan nilai-nilai tertentu sebagai alternatif bagi perubahan. Lewat cerpen, puisi, dan novel, seorang sastrawan berkomunikasi dengan ide kemerdekaan, pembaharuan, dan keberanian untuk mempelopori sesuatu yang baru, sesuatu hal yang gagal dicapai oleh tulisan-tulisan intelektualistis.[4]
Karya sastra memiliki identitas kuat, yaitu memiliki tujuan untuk menyampaikan, mempengaruhi, dan merubah. Ada sebuah keinginan di benak sastrawan untuk melakukan suatu perubahan melalui karyanya.Seorang pengarang yang baik akan senantiasa merespon dan berdialog dengan masyarakat lingkungannya.
Berikut ini disajikan contoh sastra yang berbentuk puisi yang berjudul “MEMOAR” karya Elton Wada.
Kau tancapkan terah janjimu di mahzab-mahzab semesta
Ketika jiwaku kau gauli dengan alasan yang candu
Kubungkus segalanya, deru dan semua getarnya
Tak peduli segalanya mengalir
“Aku memujamu”, katamu
Racun paling manis ditikam penyair ke jantung puisi
Ketika percakapan kita tersendat di jalan beraspal tengah hari
Aku hanya mengingat satu. Proximum sum egomet mihi
Cinta adalah kebeningan yang menipu,
buah kegagalan yang dilupakan semua sakramen
Puisi ini relatif singkat, namun memiliki pesan yang mendalam. Dalam puisi ini Elton Wada mengeritik para “pembuat janji” yang hanya hebat dalam membuat janji-janji, namun gagal dalam penerapannya. Janji menurut Elton adalah sebuah racun yang paling manis. Untuk itu melalui puisi ini, Elton mencoba untuk menyadarkan mereka yang adalah para “penerima janji” untuk lebih berwaspada sehingga tidak termakan atau menjadi korban dari janji-janji yang dibuat oleh para “pembuat janji”.
Puisi “MEMOAR” ini merupakan salah satu dari sekian banyak karya sastra yang mengungkap sekaligus mengeritik realitas sosial yang korup dan tidak adil. Hal ini menjadi bukti bahwa karya sastra dapat merangsang tumbuhnya kesadaran dalam diri manusia untuk berubah menuju penyempurnaan dalam hidup.
Sebagai penutup, apa yang dikemukakan Ayip Rosidi ini patut direnungkan: “Apa yang disampaikan penyair (pengarang), sebenarnya tak kalah penting dengan yang diucapkan oleh seorang tokoh politik atau pemimpin masyarakat lainnya. Bahkan kadangkala lebih penting lagi”.[5]
[1] Kisyani-Laksono, “Sastra dan Perubahan Sosial, 1998”, https://www.google.com/search?q=sastra+dan+perubahan+sosial&ie=utf-8&oe=utf-8, diakses pada 2 Februari 2017.
[2] Stef Tupeng, “Sastra: Sebuah Alternatip Pendidikan Moral”, AKADEMIKA, I : VII, 2001, hlm. 40.
[3]Ibid.
[4] Yakobus Beda Kleden, “Sastrawan sebagai Cendekiawan”, VOX, 32 : 3.4, 1987, hlm. 82-84.
[5] Kisyani-Laksono, “Sastra dan Perubahan Sosial, 1998”, https://www.google.com/search?q=sastra+dan+perubahan+sosial&ie=utf-8&oe=utf-8, diakses pada 2 Februari 2017.
BAGIKAN
PROGRAM STUDI SARJANA FILSAFAT PROGRAM STUDI SARJANA PENDIDIKAN KEAGAMAAN KATOLIK PROGRAM STUDI SARJ0
Penerimaan mahasiswa baru IFTK Ledalero tahun akademik 2025/2026 Prodi Ilmu Filsafat (S1) Prodi Pend0
Pendaftaran Online Program Studi Sarjana Filsafat, PKK, DKV, Kewirausahaan, Sistem Informasi & Magis0
© Copyright 2025 by Institut Filsafat dan Teknologi Kreatif Ledalero - Design By Institut Filsafat dan Teknologi Kreatif Ledalero