Daniel Franklin Angkat Teologi Kristen Asia dalam Internasional Conference Hari Kedua

img

Daniel Franklin E. Pilario mengangkat tema teologi Kristen Asia dalam Internasional Conference via online hari kedua yang diselenggarakan Sekolah Tinggi Filsafat Widya Sasana Malang pada Sabtu (11/03/2023). Tema ini diangkat sesuai dengan schedule International Conference yang membahas khusus tema-tema teologi pada hari kedua, setelah tema-tema filsafat pada hari sebelumnya.

Pada awal seminar, moderator memperkenalkan profil Daniel Franklin. “Fr. Pilario adalah anggota Kongregasi Misi (Vincentian) di Filipina. Dia adalah Ketua Keadilan Sosial saat ini di Universitas St. John, New York. Sebelum datang ke St. John's, dia adalah Associate Professor dan Dekan Sekolah Teologi St. Vincent di Universitas Adamson di Quezon City, Filipina. Dia berasal dari barangay Hagdan di Kotamadya Oslob di provinsi Cebu di Filipina,” demikian perkenalan singkat profil Daniel Franklin.

Sementara itu, dalam pembahasan materi, Franklin membagi sesi pemaparan materi dalam empat bagian. Pertama, Franklin menjelaskan lokus teologi yang menkaji teologis dalam ruang politik. Franklin menemukan suatu kecemasan yang terjadi dalam ruang politik. Baginya, ruang politik lebih memproduksi ruang yang merujuk pada satu persepsi atau ideologi dan mengabaikan ruang aktul sebagai tempat terjadinya ruang interaksi kehidupan manusia itu sendiri. Ia mengambil contoh beberapa tokoh teologi yang berpengaruh, salah satunya Thomas Aquinas dengan konsep Summa Theologianya.

Kedua, Franklin memaparkan konteks Kekristenan Asia. Pada bagian ini, Ia menunjukkan data 10 penduduk katolik terbanyak di dunia pada tahun 2010. Data itu menunjukkan bahwa penduduk Katolik terbanyak di dunia terdapat di Polandia dengan persentase 92%, kemudian mengikuti berturut-turut; Mexico 85%, Colombia 82,3%, Italia 81,2%, Philipina 81,0%, Spanyol 75%, Brazil 65%, Perancis 60,4%, Kongo 47,3%, dan Amerika Serikat 24,3%. Terhadap data itu, Franklin menegaskan Kristen sebagai agama minoritas.

“Some effects of minority religion, namely persecution from State-sponsored dominant religions (Myanmar), discrimination (denied opportunities), problems of Identity (isolation and aggression),” demikian dijelaskannya pengaruh agama Kristen sebagai agama minoritas.

Ketiga, Franklin menjelaskan tren dan isu teologis yang terjadi. Terdapat 10 tren teologis yang ia jelaskan dalam International Conference tersebut, yang mencakup; tema harmoni, mempromosikan Gereja lokal tiga dialog (dengan budaya, agama kuno, miskin), inkulturasi Iman, Gereja orang miskin, peduli lingkungan, menghormati kehidupan, pluralisme sebagai metode teologis, keagamaan populer dan  Kerajaan Allah.

Sementara itu, terhadap isu teologi, Franklin menemukan tiga isu penting, mencakup Teologi Gereja lokal, inkulturasi dan Agama rakyat, serta dialog sebagai metode Teologi Asia.

Dalam penutup, Franklin menarik kesimpulan dengan mendasarkan diri pada perjuangan umat manusia agar apa yaang ditemukan dalam isu teologi itu  berkembang dan menempatkan diri dalam ruang teologi sebagai salib yang mesti dipikul.

“Yang perlu dikuatkan di sini adalah semangat dialog dan kolegialitas antara yang universal dan yang lokal, antara Roma dan gereja-gereja lain,” tutupnya dalam isu teologi Gereja lokal.*

 

*Atro Sumantro

 

SHARE THIS