•  Beranda  /
  •  Public  /
  •  Rocky Gerung: Maumere Ibukota Pikiran

Rocky Gerung: Maumere Ibukota Pikiran

img

Hari Sabtu (11/05), Institute Filsafat dan Teknologi Kreatif (IFTK) Ledalero mengadakan talkshow bersama Rocky Gerung dan Edu Lemanto dengan judul “Mendiagnosis Kesehatan Republik Indonesia Pascapemilu 2024”. Kegiatan ini dihadiri oleh seluruh elemen civitas akademika IFTK Ledalero dan sejumlah masyarakat umum. Kegiatan ini dilangsungkan di aula St. Thomas Aquinas Seminari Tinggi Ledalero pada pukul 08.30-12.00 WITA.

Setelah kedua narasumber memantik para audience mengenai gambaran kesehatan Republik Indonesia, peserta yang hadir diberikan kesempatan untuk bertanya kepada kedua pembicara. Diskusi yang dimoderatori oleh Tony Mbukut ini membuka diskusi dengan menunjuk RD. Mathias Daven sebagai penanya pertama. Dosen filsafat ini menanyakan hal yang dilakukan untuk mencegah munculnya figur yang tidak beretika dan mengatasi masyarakat yang mudah terlena dengan pemberian Bansos. Sementara itu, Aven Hadut, penanya lainnya menyatakan bahwa diagnosis yang dilakukan pascapemilu 2024 ini terlambat. Ia mengutip penelitian Marcus Mietzner yang sudah membaca pembusukan demokrasi sejak 2009. Ia mengklaim bahwa demokrasi sengaja dibusukkan oleh pemegang sistem yang anti demokrasi dan mereka adalah bibit-bibit yang kontra reformasi. Menurut mahasiswa filsafat ini, masyarakat sudah tercemar dengan demokrasi seperti itu selama 15 tahun. “Sebenarnya yang tidak sehat itu siapa? Rakyatkah atau elit politiknya ataukah memang kedua-duanya?”

Aven juga berkomentar mengenai keterlambatan hukum dalam mencegah dampak yang lebih buruk. Menurutnya, hukum selalu datang terlambat untuk menangani masalah karena terlalu menuntut data dan fakta yang valid. Tidak hanya itu, mahasiswa semester VI ini menanyakan ‘obat’ untuk menyembuhkan Indonesia yang sedang sakit. Bertolak dari revolusi dan etika pembangunan yang selalu menimbulkan korban, Aven bertanya mengenai korban dalam penyembuhan demokrasi tersebut.

Menjawab para penanya, Rocky menjelaskan bahwa kemarahan rasional terhalang oleh pesimisme. Pesimisme tersebut memiliki dimensi eskatologis. Menurutnya, pesimisme membawa kita pada harapan eskatologis.

“Yang menggerakkan sejarah adalah politik harapan.” kata Rocky.

Diskusi ini berjalan dengan hangat dan menarik. Para peserta saling berlomba-lomba untuk mendapatkan kesempatan bertanya kepada kedua narasumber. Mereka bertanya mengenai bagaimana cara menyelamatkan demokrasi, menyehatkan masyarakat yang nalar kritisnya rendah, prioritas pelayanan yakni kebutuhan pokok (makan gratis) ataukah pemberdayaan SDM, bahkan ada yang meminta tanggapan mengenai terhimpitnya ruang kebebasan berpendapat. Diskusi ini membuat seluruh peserta talkshow sangat betah di tempatnya masing-masing. Karena sangat menarik, peserta tidak menyadari bahwa mereka sudah berjam-jam duduk di dalam aula. Hal ini terjadi karena kedua pembicara sesekali menjelaskan demokrasi Indonesia dengan menggunakan satire-satire yang mengundang tawa. Metafora yang lucu membuat peserta tidak merasa kaku dan tidak bosan dengan diskusi tersebut. Meskipun demikian, keterbatasan waktu membuat peserta tidak bisa diberikan kesempatan lebih lanjut. Namun, dari awal sampai akhir talkshow ini semua peserta memberikan perhatian penuh selama diskusi berlangsung. Melihat antusias mahasiswa, Rocky menyentil bahwa Ledalero harus terus menjadi tempat bertumbuhnya pikiran. “Biarkan IKN itu jadi ibukota negara, tapi Maumere jadi ibukota pikiran,” tandas Rocky. (AH)

 

Galeri Ledalero Talk

BAGIKAN