•  Beranda  /
  •  Public  /
  •  Edu Lemanto: Tidak Ada Parpol, yang Ada hanya Perpol

Edu Lemanto: Tidak Ada Parpol, yang Ada hanya Perpol

img

Edu Lemanto, seorang analis isu-isu sosial dan politik menyampaikan bahwa realitas yang dialami bangsa Indonesia saat ini ialah tidak adanya partai-partai politik (Parpol), tetapi hanya perusahan-perusahan politik (Perpol). Edu lemanto sampaikan hal ini dalam acara Ledalero Talk yang bertajuk Mendiagnosis Kesehatan Republik Indonesia Pascapemilu 2024. Acara ini berlangsung di Aula St, Thomas Aquinas Ledalero pada Sabtu (11/05/2024).

Lebih lanjut Edu Lemanto menerangkan maksud dari pernyataannya tersebut. Ia menerangkan bahwa hal ini terjadi dikarenakan watak politik Indonesia ialah watak korporasi, ada owner atau ceo-ceo perusahan dan ada pegawai-pegawai. Menurutnya, layaknya sebuah perusahan, pemimpin perusahan mempunyai kuasa penuh dalam memberi penilaian dan intervensi yang besar terhadap para pegawainya.

“Demikianlah dengan partai politik yang ada di Indonesia, para ketua partai gagal mengedukasi para anggota partainya dan yang marak terjadi ialah para anggota partai menuruti saja apa yang diperintahkan oleh atasanya. Kenyataan ini memperkuat argumen bahwa politisi di Indonesia sebenarnya tida ada yang ada hanyalah para white collar atau orang-orang gajian.” tegas Bung Edu.

Ledalero talk ini dihadiri oleh para dosen dan seluruh civitas akademika Instituf Filsafat dan Teknologi Kreatif Ledalero serta para undangan. Pembicaraan yang disampaikan oleh Edu secara umum adalah berbagai keresahan yang dialami oleh bangsa Indonesia. Jika tema dari Ledalero Talk ini mendiagnosis Kesehatan republik Indonesia pascapemilu 2024, bagi Edu tema ini terlalu sopan. Menurutnya, kata kesehatan mesti diganti dengan kata ketidaksehatan karena kenyataanya Republik Indonesia sedang tidak baik-baik saja. Salah satu penyebab ketidaksehatan bangsa ini ialah kurang diberi tempat akan dua kata yakni patriotisme dan republikisme. Jadi kenyataan yang dihadapi oleh para politisi kita ialah ketidakpahaman akan dua kata ini.

Selain itu, Edu juga menerangkan pemicu dari ketidaksehatan bangsa ini ialah presiden yang tidak paham mengapa para pendiri bangsa mengambil paham Republik.

“Saat ini res publica semakin sirna, karena nyawanya dimatikan duluan. Apa yang disebut role of law kini diganti oleh interese presiden. Kurang lebih ini menjadi persoalan pelik yang dihadapi bangsa kita saat ini, jadi tidak heran jika kita menyebut bangsa ini sebagai bangsa yang sedang sakit.” tegas Edu singkat.  

(Fian Sangguk)

 

Galeri Ledalero Talk

BAGIKAN