•  Beranda  /
  •  Public  /
  •  TUGAS PARA WISUDAWAN/WATI DI TENGAH DUNIA DONGENG-DONGENG

TUGAS PARA WISUDAWAN/WATI DI TENGAH DUNIA DONGENG-DONGENG

img

    Anselmus Bala Molan, S. Fil., M. Th., wisudawan pascasarjana STFK Ledalero, tampil mewakili para wisudawan/wati untuk membawakan orasi ilmiah pada upacara wisuda sarjana negara program S1 filsafat  periode II tahun akademik 2020/2021, periode I tahun akademik 2021/2022 dan program S2 teologi tahun akademik 2020/2021 dan periode I tahun akademik 2021/2022, di aula St. Thomas Aquinas STFK Ledalero. Di depan para hadirin yang hadir, Anselmus membawakan sebuah orasi ilmiah dengan judul, “Berfilsafat dan Berteologi di Tengah Dunia Dongeng-dongeng”. Dia menantang para filsuf yang baru untuk berani merefleksikan pelbagai realitas hidup dan para teolog yang baru untuk berani berteologi secara kontekstual.

    Term dongeng yang dipakai oleh Anselmus bukan berkaitan dengan cerita fiksi dan tidak benar tetapi lebih sebagai narasi yang diciptakan manusia. Dia merujuk pada kesanggupan manusia untuk membuat dan merumuskan narasi-narasi bagi hidupnya.

   “Manusia menciptakan dongeng-dongeng bagi hidupnya dengan merangkai jejaring cerita, menghubungkan jejaring fakta, mengkreasi jejaring ilusi dan mewacanakan jejaring makna. Sesudah menciptakan dongeng-dongeng manusia kemudian mengagungkannya sebagai kebenaran-kebenaran dan hidup dibalik bayang-bayangnya sebagai realitas hidup.” Ungkap Anselmus.

   Anselmus kemudian menerangkan bahwa dibalik dongeng-dongeng yang diciptakan manusia itu terselip begitu banyak persoalan yang menantang para filsuf dan teolog yang baru untuk menemukan jalan keluar dan opsi alternatif untuk membuat kehidupan di tengah dunia ini menjadi lebih baik. Dia melihat bahwa dibalik dongeng-dongeng itu tersimpan begitu banyak ujaran kebencian, kabar-kabar burung, perundungan siber, provokasi dan agitasi, akselerasi propaganda kebohongan serta penindasan dan ketidakadilan yang dapat menciptakan distorsi sosial.

    Sebagai tawaran, Anselmus menghendaki supaya para filsuf yang baru harus senantiasa memverifikasi dan memfalsifikasi segala dongeng yang beredar di tengah dunia. Lebih jauh dari itu dia juga menantang para filsuf yang baru untuk mengkreasi dongeng-dongeng yang baru.

    Para teolog yang baru diajak untuk tidak hanya membawa dan mengajarkan dongeng tentang Yang Ilahi menurut Teologi Barat, tetapi juga harus berani untuk menemukan dan menghidupkan dongeng-dongeng tentang Yang Ilahi menurut masyarakat lokal.

    “Konkretisasi dari tugas filsafat dan teologi di atas adalah ketika ketika filsafat dan teologi berhadapan dengan dongeng-dongeng dengan segala narasi penindasan dan ketidakadilan yang dialami oleh orang-orang kecil dan lemah serta orang-orang tersisihkan dan terpinggirkan.” Jelas Anselmus.

    Fakta ini menuntut filsafat dengan prinsip validasi yang kritis, membongkar segala bentuk penindasan dan ketidakadilan itu demi sebuah perubahan dan pembebasan. Sementara itu teologi harus berusaha merumuskan dan menjawabi pertanyaan Tuhan seperti apa yang dialami oleh orang-orang kecil dan lemah serta orang-orang tersisihkan dan terpinggirkan. Teologi harus mencari dan menemukan potensi transformatifnya.

    Di akhir orasinya, Anselmus juga mengajak STFK Ledalero untuk menjadi lembaga pendidikan yang selalu berikhtiar untuk merintis pembebasan dan transformasi sosial dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Simpli Dalung


 

Galeri Wisuda

Youtube:

BAGIKAN