•  30 Nov 2023
•  Public

Agustinus Sarifin berbicara dalam talk show Prodi Kewirausahaan IFTK Ledalero (Foto: BEM IFTK Ledalero/San Pengasi).

          Kemajuan zaman telah melahirkan banyak perubahan dalam kehidupan manusia, termasuk dalam dunia ekonomi. Perubahan pola kebutuhan ekonomi menuntut kampus, yang diyakini sebagai wadah yang bertugas untuk mengantar ilmu pada dunia praktis, untuk terus beradaptasi. Kenyataan inilah yang melahirkan perbincangan hangat dalam acara Talkwir (Talk Show Prodi Kewirausahaan) Institut Filsafat dan Teknologi Kreatif (IFTK) Ledalero yang dimoderatori oleh dosen kewirausahaan, Eugenius Besli. Acara yang dilaksanakan di Lantai 3, Auditorium Kampus 2 IFTK Ledalero pada Sabtu (25/11) ini, menghadirkan dua pembicara, yaitu Dr. Diyah Tulipa dari Fakultas Kewirausahaan Universitas Widya Mandala Surabaya yang hadir secaradaringvia Zoom dan pelaku usaha nasional yang juga alumnus IFTK Ledalero, Agustinus Sarifin.

        Dalam sambutan pembuka, Kaprodi Kewirausahaan IFTK Ledalero, Dr. Petrus Dori, SVD,  mengatakan, tema “Kampus dan Kewirausahaan” yang diangkat dalam kegiatan ini seharusnya mengingatkan kita pada tugas dunia pendidikan, yaitu menajawabi kebutuhan praktis masyarakat. Baginya, teori yang baik adalah yang diterapkan. “Untuk menerapkan teori tampaknya adalah sesuatu yang sangat sulit, apalagi berhadapan dengan dunia yang terus berubah dari waktu ke waktu. Semoga kegiatan seperti ini dapat memperluas wawasan mahasiswa IFTK Ledalero, baik dari segi ilmu maupun kesiapan kerja,” ungkap kaprodi yang akrab disapa Pater Pice ini.

Para peserta talk show Prodi Kewirausahaan IFTK Ledalero tampak serius mendengarkan penjelasan dari para narasumber (Foto: BEM IFTK Ledalero/San Pengasi).

 Menimba Inspirasi dari Para Narasumber

       Sebagai praktisi bisnis, Agustinus Sarifin menjelaskan bahwa dunia bisnis saat ini sangat jauh berbeda dengan periode sebelumnya. Sekarang, semua orang punya peluang untuk menjadi pelaku bisnis. Karena itu, Agus, demikian dia disapa, sangat mengharapkan agar IFTK Ledalero bisa menghasilkan output yang memiliki daya tawar tinggi di dunia kerja, yaitu lulusan yang memiliki hard skill dan soft skill serta kreatitivitas yang mumpuni.

“Saya sangat berharap kampus kita (IFTK Ledalero) bisa menghasilkan lulusan yang berkualitas. Sebab dari beberapa pengalaman, saya bisa menilai bahwa lulusan dari NTT sangat belum siap untuk terjun ke dunia bisnis dan dunia kerja,” katanya saat ditanya tentang perbedaan antara lulusan dari NTT dengan lulusan dari Jawa. Menurut Agus, salah satu penyebab perbedaan itu terletak pada sistem pendidikan. Dia menambahkan, fakultas kewirausahaan di Jawa selalu berinovasi dan membangun kerja sama dengan perusahaan tertentu, sehingga mahasiswa betul-betul dipersiapkan baik secara skill maupun mental.

        Sementara itu, dari perspektif keilmuan, Dr. Diyah Tulipa memberikan strategi yang diyakini cocok untuk menjawab kebutuhan perusahaan. “Kampus akan selalu berusaha menyelaraskan model pendidikan dengan kebutuhan dunia kerja karena memang itulah tugasnya,” tuturnya.

          Beberapa kali, Dr. Diyah menegaskan bahwa magang adalah pilihan yang baik bagi setiap kampus untuk meningkatkan kecakapan mahasiswa dalam dunia kerja. Melalui kegiatan ini, tambah Diyah, mahasiswa bisa mempertajam kreativitas dan memperkaya pengetahuan dengan pengalaman baru. “Program magang menjadi media yang berusaha memangkas kesenjangan antara kampus dengan dunia kerja,” tegasnya.

         Sebagai closing statement, Agus dan Diyah sepakat bahwa kampus dan dunia kewirausahaan memiliki hubungan yang sangat erat. Dunia bisnis, sangat membutuhkan pelaku bisnis yang benar-benar berkualitas. Sadar bahwa ini adalah tugasnya, kampus harus betul menyesuaikan dirinya dengan kebutuhan dunia bisnis melalui sistem pendidikan yang komprehensif.

 Sinyo Darling dan Jimi Maleng

BAGIKAN