BEM IFTK Ledalero melalui Sie Sastrawi kembali mengadakan kegiatan Bincang-Bincang Sastra bertema “Riset dalam Cerpen” pada Minggu (13/11/2022) malam di kantin IFTK Ledalero. Bincang-bincang yang diselenggarakan secara hybrid itu melibatkan sejumlah pihak, antara lain, HMPS (Filsafat, DKV, PKK, dan Kewirausahaan), Komunitas Teater Aletheia Ledalero, Komunitas Teater Tanya Ritapiret, Komunitas Kahe, Komunitas Huruf Kecil, mahasiswa Unika Ruteng, mahasiswa Unwira Kupang dan beberapa pegiat literasi lainnya. Bincang-bincang yang menghadirkan Hilmi Faiq, penulis dan wartawan Kompas sebagai pembicara dan Elvan de Porres, dosen IFTK Ledalero sebagai penanggap ini dipandu oleh Yohan Matabuana, pegiat sastra yang juga anggota Sie Sastrawi.
Hilmi Faiq dalam pemaparannya mengungkapkan sebuah pemahaman baru bagi para peserta tentang riset. “Riset itu bagian dari kerja ilmu pengetahuan. Untuk meriset sebaiknya mencari dan menemukan keresahan diri di lingkungan. Kumpulkan sebanyak-banyaknya dan jadikan itu sebagai ide menulis,” ungkap wartawan Kompas itu.
Di balik ungkapan itu, Hilmi Faiq menuturkan tentang garapan tema cerpen Kompas yang terbit selama ini yang terdiri dari bermacam-macam tema. “Ada tema sosial, urban, asmara, tradisi, politik, sufisme, kematian, politik surealis, sufi, pandemic, lokalitas dan ekologi. Meski temanya sama, tetapi pembahasan setiap cerpen itu punya kekhasannya masing-masing,” jelasnya.
Lebih lanjut, Elvan de Porres, dosen IFTK Ledalero sebagai penanggap memberikan pemahaman terkait riset. “Riset (usaha mencari tahu) selain untuk kepentingan penopang ide, juga membantu aspek-aspek lain (unsur intrinsik) dalam cerita, seperti latar ataupun penokohan. Riset berarti ‘pergi’ mencari kepingan-kepingan pengalaman yang pernah kita lihat atau amati, dengar, baca, rasakan, baui, ketahui, atau sesuatu yang kita anggap tengah mengonstruksi diri kita,” ungkapnya.
Dosen Antropologi itu juga memberikan pemahaman tentang tantangan dalam menulis. “Tantangan dalam menulis ialah bagaimana seorang pengarang menyadari ‘bias’ dalam dirinya sendiri dalam memperlakukan tokoh-tokohnya; kelas sosial, status sosial, gender, latar belakang, kultur, dan tetek bengek identitas lainya. Di sinilah bacaan atau pengetahuan menjadi penting. Hal ini penting supaya aspek pengalaman itu tidak menjadi terlantar atau subjek cerita sekadar memenuhi fantasi penulis tanpa menimbang imajinasi pembaca. Bagaimanapun karya sastra itu sifatnya sosial, dalam arti dibaca oleh publik luas dan seorang pengarang seyogyanya mesti punya tanggung jawab intelektual,” tambahnya.
Dalam diskusi tersebut, Gen perwakilan dari HMPS Filsafat mengaku soal kebingungannya menggali ide dari cerita rakyat yang familiar sekali dengannya tetapi ia sendiri sulit untuk menuliskannya dalam sebuah cerpen. “Saya sulit menulis cerpen, bagaimana caranya supaya saya bisa menulis cerpen. Apakah ada caranya seperti menulis pendahuluan dan ditutup dengan kesimpulan?” tanya mahasiswi IFTK tersebut.
Menanggapi hal itu Hilmi Faiq membeberkan soal cara menulis. “Temukan dulu apa yang menjadi keresahan Anda. Kemudian buatlah tema, berikan seluruh indramu untuk menulis terlebih dahulu premis-premis, seperti kita berpikir kalau menulis A sebabnya di B apa dan dari situ dapat membuat sebuah tulisan memiliki unsur satu kesatuan,” jelasnya.
Kegiatan yang berlangsung dari pukul 20.30-22.30 itu berjalan lancar. Para peserta dan para pembicara sama-sama memberikan gagasan baru yang segar dan bernas. Di akhir kegiatan Rikar Diku mewakili pengurus Sie Sastrawi BEM IFTK menyampaikan ucapan terima kasih untuk para pembicara dan peserta Bincang-bincang Sastra. Selain itu Rikar juga menyerahkan piagam penghargaan berupa Sertifikat kepada Elvan de Porres.*
*Seksi Berita BEM IFTK Ledalero
BAGIKAN
PROGRAM STUDI SARJANA FILSAFAT PROGRAM STUDI SARJANA PENDIDIKAN KEAGAMAAN KATOLIK PROGRAM STUDI SARJ0
Penerimaan mahasiswa baru IFTK Ledalero tahun akademik 2025/2026 Prodi Ilmu Filsafat (S1) Prodi Pend0
Pendaftaran Online Program Studi Sarjana Filsafat, PKK, DKV, Kewirausahaan, Sistem Informasi & Magis0
© Copyright 2025 by Institut Filsafat dan Teknologi Kreatif Ledalero - Design By Institut Filsafat dan Teknologi Kreatif Ledalero