(Ket. Foto: IFTK Voice saat menyanyikan lagu-lagu daerah. Mereka menggunakan kostum tradisional Sikka/Dokumentasi BEM IFTK)
Di bawah kolong langit yang tampak gelap tanpa ada taburan bintang itu, Institut Filsafat dan Teknologi Kreatif (IFTK) Ledalero melalui Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) mengadakan malam pentas seni di Pusat Jajanan dan Cenderamata, Maumere. Kegiatan tersebut merupakan lanjutan dari kegiatan road show yang dilaksanan dari pagi sampai siang hari yang dilaksanakan di kota Maumere, pada Sabtu (25/02/2023). Keseluruhan kegiatan hari itu bertema “Merawat Bumi”.
Pada malam pentas seni, berbagai acara ditampilkan oleh mahasiswa/i IFTK Ledalero. Kolaborasi antara IFTK Band, IFTK Voice, dan beberapa kelompok seni tari dari Prodi Filsafat dan PKK (Pendidikan Keagamaan Katolik), monolog, puisi, dan pementasan teater menciptakan malam seni yang indah. Begitu banyak orang yang hadir menonton acara pentas seni tersebut. Ada yang duduk di bale-bale, ada juga yang berdiri, menikmati semua acara yang dipentaskan di atas panggung.
“Tema besar kegiatan kita sepanjang hari ini, mulai dari tadi pagi sampai malam ini, yaitu “Merawat Bumi”. Bumi seperti saudari yang berbagi kehidupan dengan kita, demikian kata St. Fransiskus Asisi. Syair indah ini juga menjadi spirit dari ensiklik yang dikeluarkan oleh Paus Fransiskus yang disebut Laudato Si,” kata Arif Tandang, Ketua BEM IFTK Ledalero dalam sambutannya.
Ia menambahkan, “saat ini bumi menjerit kesakitan. Bumi dilanda penyakit yang disebabkan oleh ulah manusia. Bumi yang adalah ibu dan saudari kita, dengan tahu dan mau kita perlakukan secara tidak bertanggung jawab”.
Beberapa persoalan yang dikemukakan oleh Arif, seperti penebangan pohon, laut tercemar dan masalah sampah telah melukai bumi. Persoalan-persoalan tersebut telah mengubah kondisi bumi menjadi semakin panas. “Itu tanda bahaya, bumi kita sedang sakit,” ujarnya. Atas dasar keprihatinan itu, demikian Arif, BEM IFTK Ledalero mengadakan kegiatan yang bertema “Merawat Bumi”.
“Masalah besar di kota Maumere sekarang adalah masalah lingkungan, selain masalah-masalah krusia lainnya. Tadi kita bergerak bersama (road show) untuk mengedukasi masyarakat Sikka agar membangun sikap peduli terhadap lingkungan,” lanjut Arif.
Hal yang disampaikan oleh Arif ditegaskan kembali oleh Rm Hans Monteiro dalam sambutannya mewakili pimpinan IFTK Ledalero.
“Bumi kita sedang tidak baik-baik saja. Kita saksikan sendiri cuaca yang tak menentu, di luar dari perkiraan para petani dan ramalan BMKG. Untuk itulah IFTK Ledalero hadir pada malam ini untuk warga kota Maumere,” kata dosen Teologi tersebut.
“Atas nama pimpinan IFTK Ledalero, saya mengucapkan terima kasih kepada BEM IFTK Ledalero yang berinisiatif menyadarkan kita kembali akan pentingnya merawat bumi ini mulai dari hal-hal sederhana seperti bagaimana kita mengatur sampah di rumah dan membuangnya di tempat pembuangan akhir,” tambahnya.
Ia mengatakan bahwa kita berada di atas satu “perahu” bumi yang sama. “Jika kita mau selamat, jagalah dia, rawatlah dia baik-baik melalui aksi nyata,” tegasnya.
Keseluruhan kegiatan malam pentas seni tersebut dibagi dalam tiga paket acara. Dalam paket pertama diisi oleh persembahan lagu dari IFTK Voice. Lagu-lagu yang dibawakan umumnya lagu-lagu daerah, seperti Sajojo, Benggong, Soka Seleng dan beberapa lagu lainnya. Sesekali diselingi lagu bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Selain lagu, tarian kreasi dari Prodi Filsafat juga dipentaskan dalam paket pertama tersebut. Tarian dengan soundtrack “Wonderland Indonesia” itu berkolaborasi dengan puisi “Mata Luka Sengkon Karta” karya Peri Sandi Huizhe yang dibawakan oleh Ertus Pangu.
Setelah paket pertama ditutup dengan lagu berjudul ‘Fix You’, kemudian persembahan lagu-lagu dari IFTK Voice. IFTK Voice merupakan kelompok paduan suara di IFTK Ledalero. Mereka berjumlah sekitar 30-an orang. Para anggotanya gabungan dari Prodi Filsafat dan PKK. Dalam paket kedua itu, lagu ‘One Day’ menjadi ‘the first performance’.
Selanjutnya mahasiwi Prodi PKK menampilkan tarian kreasi. Kombinasi musik tradisional dan modern mengiringi tarian kreasi tersebut. Setelah tarian kreasi, Cici Ludung salah satu anggota Teater Aletheia Ledalero membawakan sebuah monolog berjudul ‘Ina Bakau’. ‘Ina’ artinya ibu, ‘Bakau’ artinya bakau, pohon bakau. Ina Bakau dapat diartikan ibu bakau.
Monolog ‘Ina Bakau’ mengisahkan kondisi tumbuhan bakau yang dirusak oleh manusia. Banyak sampah yang berserakan di sepanjang tumbuhan bakau merusak ekosistem tumbuhan tersebut. Yang seharusunya menjadi rumah bagi ikan-ikan di laut justru menjadi rumah sampah-sampah.
Pada paket ketiga BEM IFTK Ledalero menampilkan teater. Acara yang ditunggu-tunggu oleh para penonton. Teater itu berjudul ‘Kisak Kosak’ dan dipentaskan oleh kelompok teater Pilar IFTK Ledalero. ‘Kisak Kosak’ adalah istilah dalam bahasa Maumere yang artinya kotor, jorok, tidak beraturan.
Teater ‘Kisak Kosak’ menceritakan kondisi lingkungan yang penuh dengan sampah. Kondisi itu digambarkan dengan jelas pada awal teater di mana masing-masing pelakon sedang memungut sampah-sampah yang yang berserakan di tengah para penonton. Lalu sampah-sampah itu dikumpulkan dan dipilah-pilah berdasarkan jenisnya. Ada sampah rumah tangga, pabrik, sampah dari kantor-kantor pemerintah, dan sampah dari biara-biara.
Seluruh kegiatan malam pentas seni tersebut ditutup dengan persembahan sebuah lagu dari seluruh pembawa acara bersama para anggota BEM IFTK Ledalero. Lagu yang mereka nyanyikan berjudul ‘Jadilah Legenda’. Keseluruhan acara dari awal hingga akhir itu dipandu oleh Randy Sina dan Yumin Dule sebagai Master of Ceremony.
Pada umumnya semua acara didominasi oleh musik dan lagu-lagu. Begitu pula dalam kegiatan road show. Melaui alunan musik dan lagu-lagu tersebut, BEM IFTK Ledalero bermaksud untuk mengasah rasa dan estetika masyarakat khususnya masyarakat Maumere akan pentingnya sikap merawat bumi.
Sedangkan pementasan monolog dan teater adalah kritikan terhadap sikap egois dan tidak bertanggung jawab manusia terhadap alam. Hal itu senada dengan yang dikemukakan oleh Rm Hans Moteiro dalam sambutannya. “Merawat bumi membutuhkan seni, estetika, tetapi juga panggilan moral serta etika. Untuk itulah, pada malam hari ini, BEM IFTK Ledalero mengajak kita sekalian melalui musik untuk mengasah rasa kita bahwa betapa pentingnya merawat bumi itu dari dimensi etika dan estetika.”*
*Fonsi Orlando
BAGIKAN
PROGRAM STUDI SARJANA FILSAFAT PROGRAM STUDI SARJANA PENDIDIKAN KEAGAMAAN KATOLIK PROGRAM STUDI SARJ0
Penerimaan mahasiswa baru IFTK Ledalero tahun akademik 2025/2026 Prodi Ilmu Filsafat (S1) Prodi Pend0
Pendaftaran Online Program Studi Sarjana Filsafat, PKK, DKV, Kewirausahaan, Sistem Informasi & Magis0
© Copyright 2025 by Institut Filsafat dan Teknologi Kreatif Ledalero - Design By Institut Filsafat dan Teknologi Kreatif Ledalero