Sebelas mahasiswa Magister Filsafat Institut Filsafat dan Teknologi Kreatif (IFTK) Ledalero. mengikuti studi lapangan untuk mendalami religiositas dan kosmologi masyarakat Suku Ende Lio, salah satu kelompok etnis dengan sistem kepercayaan dan struktur sosial adatnya yang masih kuat di Kabupaten Ende, Nusa Tenggara Timur (NTT), Jumat (17/10/2025). Kegiatan dalam rangka pendalaman mata kuliah "Manusia, Agama, dan Kebudayaan NTT" ini menyasar tiga lokasi signifikan yakni Danau Kelimutu, Kampung Adat Wologai, dan Detusoko.
Pater Laurens Anselmus Woda, dosen pengampu mata kuliah, menjelaskan studi lapangan ini dirancang untuk memberikan pemahaman empiris tentang tiga pilar kebudayaan Lio. "Melalui kunjungan ke Kelimutu, kami menggali konsep craters of the souls; ke Wologai dan Gunung Lepembusu untuk memahami kosmologi; serta ke Detusoko untuk mengamati praktik ritus pire sebagai bentuk larangan adat yang masih hidup," jelasnya. “Ritus Pire ini, misalnya, adalah larangan adat untuk pemulihan alam. Karena itu masyarakat dilarang keluar rumah selama seminggu. Siapa yang melanggarnya diyakini akan mendapat celaka dari leluhur.”
Di Danau Kelimutu, para mahasiswa disambut oleh kabut tipis dan panorama danau tiga warna. Di tempat ini, mereka mempelajari keyakinan masyarakat Lio yang menempatkan gunung tersebut sebagai tempat persemayaman arwah leluhur. Pater Laurensius menerangkan makna filosofis ketiga kawah danau yakni Tiwu Ata Polo, Tiwu Nuwa Muri Koofai, dan Tiwu Ata Mbupu. "Kelimutu bukan hanya keajaiban alam, melainkan lanskap spiritual yang merepresentasikan siklus hidup-mati, sekaligus sumber kehidupan material masyarakat, lebih jauh, warna air danau yang berubah-ubah diyakini merefleksikan dinamika dan suasana hati arwah leluhur yang bersemayam di dalamnya,” ujarnya.
Kunjungan ke Kampung Adat Wologai dengan rumah-rumah adatnya yang tegak berbentuk lingkaran dan beratapkan ilalang menghadirkan pembelajaran tentang ketahanan budaya. Bernadus Leo, Kepala Mosalaki, menyambut hangat dan menegaskan komitmen masyarakat menjaga warisan leluhur. "Meski menghadapi tantangan degradasi fisik bangunan dan artefak seperti pencurian patung, kain adat dan rumah adat yang sudah mulai rusak, tetapi kami yakin roh leluhur masih tinggal dengan kami. Karena itu kami tetap lestarikan nilai-nilai adat," tegasnya.
Kekaguman dari pengalaman studi tour pun terpancara dari para mahasiswa yang dengan antusias mendalami kosmologi, religiositas dan kebudayaan etnis Ende Lio. Rival Nakung, salah satu peserta studi tour, membagikan refleksi kritisnya. "Kami senang bisa menyaksikan langsung integrasi antara kosmologi, religiositas, dan praktik budaya masyarakat Lio - mulai dari konsep kelahiran di Gunung Lepembusu hingga konsep eskatalogis di Kelimutu, ini luar biasa," ujarnya.
Rival berharap kekayaan budaya NTT dapat terus dilestarikan. "Pengalaman ini tidak hanya memperkaya wawasan akademis, tetapi juga menyadarkan kami tentang urgensi pendokumentasian dan pelestarian kearifan lokal yang mulai tergerus modernisasi, oleh karena itu, kami berencana untuk mendokumentasikan temuan ini dalam bentuk vlog dan paper akademis,” tutupnya.
Kegiatan ini pun diakhiri dengan perayaan ekaristi di Detusoko yang dipimpin langsung oleh Pater Laurensius sebagai bentuk rasa syukur terhadap seluruh rangkaian kegiatan. Ada pun harapan dari para mahasiswa agar kunjungan-kunjungan seperti ini tidak hanya kali ini saja, melainkan menjadi program wajib di kampus.
Humas IFTK Ledalero




BAGIKAN
PROGRAM STUDI SARJANA FILSAFAT PROGRAM STUDI SARJANA PENDIDIKAN KEAGAMAAN KATOLIK PROGRAM STUDI SARJ0
Penerimaan mahasiswa baru IFTK Ledalero tahun akademik 2025/2026 Prodi Ilmu Filsafat (S1) Prodi Pend0
Pendaftaran Online Program Studi Sarjana Filsafat, PKK, DKV, Kewirausahaan, Sistem Informasi & Magis0
© Copyright 2025 by Institut Filsafat dan Teknologi Kreatif Ledalero - Design By Institut Filsafat dan Teknologi Kreatif Ledalero

