•  Beranda  /
  •  Public  /
  •  IFTK Ledalero dan UKAW Kupang Mengadakan Seminar dan Pertemuan Ekumene

IFTK Ledalero dan UKAW Kupang Mengadakan Seminar dan Pertemuan Ekumene

img

           Institut Filsafat dan Teknologi Kreatif Ledaleo mengadakan seminar dan pertemuan ekumene dengan Universitas Kristen Arta Wacana. Kegiatan ini melibatkan mahasiswa pasca sarjana, Magister Teologi (Tingkat IV) dan para dosen IFTK Ledalero, mahasiswa/i prodi teologi dan para dosen dari Universitas Kristen Arta Wacana, dan beberapa imam dari Gereja Katolik Flores dan pendeta dari GMIT (Gereja Masehi Injili Timor), bertempat di aula lantai III Kampus II IFTK Ledalero-Maumere, Senin, 14 Oktober 2024.

Dalam sambutannya rektor IFTK Ledalero, P. Dr. Otto Gusti, menegaskan bahwa tujuan kegiatan seminar dan pertemuan ini ialah mempererat persaudaraan dalam dialog antar Gereja. Direktur pasca sarjana Universitas Arta Wacana juga menegaskan hal yang sama. Selain seminar dan pertemuan, ada penandatanganan MoU kerja sama antara kedua universitas.

Penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU)

ekumene iftk ledalero dan ukaw kupang 6Wakil rektor UKAW, sebelum menyaksikan penandatanganan kesepakatan kerja sama mengucapkan apresiasi bagi pihak IFTK Ledalero yang responsif dan mau menerima GMIT dan UKAW untuk melakukan kegiatan seminar dan pertemuan ekumene serta bersedia untuk menandatangani MoU. Harapannya kerjasama ini tetap lestari sebagai langkah awal dialog ekumene. Lebih lanjut, P. Otto Gusti menegaskan bahwa Kerja sama ini sebetulnya sudah pernah dilakukan antar kedua unversitas. Penandatanganan MoU sebagai penegasan saja dan kerjasama akan terus dilakukan bukan hanya melalui pengajaran, tetapi juga melalui publikasi-publikasi ilmiah, pertukaran pelajar dan kerjasama lintas ilmu. Harapan bersama dari kedua universitas ialah adanya action, kerja sama yang nyata, bukan hanya sekadar hitam di atas putih.

Multikulturalisme sebagai Jalan yang Lebih Utama dalam Merawat Hubungan Ekumene GMIT dan Gereja Katolik NTT

          Kegiatan seminar dipandu oleh moderator, ibu Pdt. Ira D. Mangililo. Seminar dibawakan oleh dua dosen masing-masing P. Dr. Puplius dari IFTK Ledalero dan Pdt. Dr. Fredrik Doeka dari UKAW Kupang. Pendeta Frederik memaparkan materi dengan judul “Multikulturalisme sebagai Jalan yang Lebih Utama dalam Merawat Hubungan Ekumene GMIT dan Gereja Katolik di NTT.” Dalam pemaparannya, Pdt. Frederik mengemukakan konflik-konflik aktual yang terjadi beberapa dekade terakhir di wilayah Indonesia lebih disebabkan oleh relasi antar agama yang tidak baik-baik saja. Misalnya gerakan fundamentalisme ISIS, munculnya organisasi-organisasi radikal seperti Hizbut Tahris, kristenisasi, dan islamisasi. Berhadapan dengan konflik dan persoalan yang terjadi karena sentimen agama, Frederik mengajukan pertanyaan reflektif, ada apa dengan agama-agama saat ini? Lebih lanjut Pdt Frederik mengungkapkan bahwa Gereja Kristen di Indonesia sangat bergantung pada ajaran Yesus Kristus dalam Perjanjian Baru, bahwasannya Yesus adalah satu-satunya Jalan, Kebenaran, dan Hidup. Konflik-konflik yang terjadi menunjukan wacana ekslusivisme, inkulturalisme, dan pluralisme yang belum dapat diandalkan sebagai jalan yang kokoh dan efektif untuk merekatkan bangsa. Menanggapi hal itu, kita perlu bergerak ke cara baru, yaitu multikulturalisme. Sebab multikulturalisme memperlihatkan keberagaman budaya dalam satu kelompok masyarakat yang memungkinkan mereka dapat hidup bersama dengan rukun dan damai. Selain itu multikulturalisme adalah rahim yang melahirkan keanekaragam pribadi manusia (Krisyanto dan Chang, 2014). Menutup pemaparannya, Frederik mengemukakan salah satu tokoh biblis, yaitu Musa sebagai senter dalam membangun dialog yang lebih seimbang.

Ekumene dalam Konteks Keuskupan Maumere: Urgensi, Peluang, dan Tantangan.

          Dalam pemaparannya, P. Dr. Puplius M. Buru melihat secara lebih kontekstual praksis ekumenis di Gereja Keuskupan Maumere, pandangan Gereja Katolik tentang ekumene, dan pedoman program ekumene di Keuskupan Maumere sebagai landasan dalam membangun dialog ekumenis. Dr. Puplius melihat Gerakan ekumene di keuskupan ini masi sebatas wacana dan belum intens. Gereja Keuskupan Maumere melihat ekumene bukan hal yang mendesak, sebab relasi antar Gereja di Flores masih pada taraf baik dan aman. Selain itu, Gereja lebih mengutamakan pelayanan bagi umatnya sendiri.

          Lebih kanjut P. Puplius mengungkapkan bahwa sudah ada kegiatan ekumene yang dilakukan, salah satunya di Paroki Kewapante, seperti merayakan natal dan paskah bersama. Pater Puplius menegaskan bahwa Gerakan ekumene masih bergerak pada level permukaan, tidak menyentuh jemaat akar rumput, komunitas umat basis. Hal ini bisa terjadi karena beberapa hal, seperti minimnya pemahaman umat tentang ekumene dan gereja-gereja denominasi, selain itu ada prasangka bahwa gerakan ekumene itu berpretensi “mencuri domba” dalam arti mempengaruhi umat untuk masuk ke dalam gereja-gereja denominasi. Berhadapan dengan ekumene, Gereja Katolik dalam dekret Unitatis Redintegratio menegaskan bahwa Gerakan ekumene merupakan karya Roh kudus dan karena itu mesti ditanggapi secara serius. Gereja sejauh ini sudah melakukan kegiatan-kegiatan ekumene seperti melakukan dialog ekumenis pada level akademis.  Direktur pasca sarjana IFTK Ledalero itu juga menawarkan program ekumene di Keuskupan Maumere. Menurutnya “gerakan ekumene dapat dikembangkan pada berbagai level, maka perlu ditentukan beberapa langkah konkret seperti pembaruan Gereja, pendidikan ekumene, kerja sama dalam hal praktis, doa dan ibadah bersama.”

          Menutup pemaparannya, P. Puplius mengajukan sebuah pertanyaan, kapan semua Gereja Kristen bersatu? Persatuan akan terwujud kalau semua orang Kristen menyadari bahwa persatuan itu dikehendaki Allah, dan setiap orang mau meninggalkan egoisme serta meninggalkan paradigma-paradigma yang tidak esensial.

Tantangan Dialog Ekumene Gereja di Flores

         Dalam sesi diskusi, salah seorang peserta seminar, pendeta ketua klasis GMIT yang sudah berkarya delapan tahun di Maumere, mengakui bahwa gerakan ekumene di Maumere masih sebatas wacana. Oleh karena itu tantangan bagi Gereja, baik GMIT maupun Gereja Katolik di Flores ialah membangun dialog ekumenis tidak hanya pada level akademis tetapi juga menyasar sampai kepada jemaat akar rumput.

          Pemahaman yang baik tentang ekumene akan melahirkan sikap-sikap ekumenis. Sebagai akademisi, kita mesti tidak terjebak dalam sikap-sikap fundamentalisme. Lebih lanjut Pdt. Santi, peserta seminar merasa terganggu dengan term “mencuri domba-domba” sebagai bentuk proselitisme. Pendeta mengajak Gereja untuk memperkuat ajaran bahwa di luar Gereja ada keselamatan dan membangun dialog yang mutualis. Baik GMIT dan Katolik sama-sama membangun tembok yang memisahkan kita dengan realitas konkret di luar Gereja. Selain memperkuat ajaran adalah baik juga disertai dengan tindakan pelayanan demi pembangunan manusia secara keseluruhan. Selanjutnya pendeta Santi mempertanyakan apakah ada kemungkinan membangun dialog dengan realitas di luar Gereja: kemiskinan dan ketidakadilan? Menanggapi pertanyaan tersebut, P. Puplius mengajak semua anggota Gereja untuk membangun kerja sama dalam segala bidang. Secara khusus dalam bidang ekologi, sebab bencana tidak mengenal kita dari denominasi mana. Karena itu dalam kerja sama perlu ada dialog dan komunikasi yang baik. Selain itu menurut P. Puplius hal yang perlu diwaspadai ialah adanya ideologi yang dibawa serta dalam karya sosial karitatif kita.

        Dalam komentarnya terhadap materi seminar, P. Otto melihat bahwa kita perlu memperkuat dialog dalam mengentaskan masalah-masalah kemanusiaan di Indonesia seperti humantrafficking. Pater Otto juga menegaskan bahwa cita-cita supaya menjadi satu Gereja itu tidak mungkin, kecuali dalam hal iman, tetapi kita perlu membangun paradigma dan kapabilitas untuk hidup berbeda, hidup bersama dalam keberagaman.

 

Sie Publikasi Himpunan Mahasiswa Pasca Sarjana IFTK Ledalero 

ekumene iftk ledalero dan ukaw kupang 8ekumene iftk ledalero dan ukaw kupang 7ekumene iftk ledalero dan ukaw kupang 4ekumene iftk ledalero dan ukaw kupang 3 

BAGIKAN