Dr. Georg Kirchberger, keynote speaker II dan Dr. Bernard Hayong, moderator pada seminar hari kedua, Sabtu (5/3/2022).
Sekolah Tinggi Filsafat Katolik (STFK) Ledalero melanjutkan rangkaian forum ilmiah hari kedua, Sabtu (5/3/2022), berupa seminar nasional bertema “Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan di Indonesia”. Kegiatan ini dilaksanakan di Aula St. Thomas Aquinas Ledalero, dalam rangka Dies Natalis STFK Ledalero yang ke-53. Seminar nasional ini juga menjadi tradisi ilmiah dan forum bersama Sekolah Tinggi yang bernaung di bawah AFTI (Asosiasi Filsafat dan Teologi Indonesia).
Pada hari kedua ini, panitia seminar menghadirkan keynote speaker II Pater Dr. Georg Kirchberger, dosen teologi pada STFK Ledalero, dengan sodoran judul “Konsep Etos Global Hans Kung dan Relevansinya untuk Upaya Dialog Antaragama di Indonesia”. Penanggapnya adalah Romo Dr. Albertus Bagus Laksana, dosen pada Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, yang hadir secara virtual. Adapun moderator dalam seminar ini adalah Dr. Bernad Hayong, dosen pada STFK Ledalero.
Seminar nasional ini dibuka dengan paduan suara Mahsasiswa STFK Ledalero, kemudian dimulai dengan komentar singkat moderator atas tema yang dibawakan dan perkenalan singkat mengenai biografi pembicara. Selanjutnya, presentasi materi dari Pater Dr. Georg Kirchberger yang menawarkan konsep etos global Hans Kung dan Dr. Albertus Bagus Laksana menawarkan teologi komparatif.
Konsep Etos Hans Kung
Menurut Georg, “disebut konsep etos global Hans Kung sebenarnya merupakan deklarasi parlemen agama-agama sedunia di Chicago 1993 mengenai etos global". Deklarasi ini bertolak dari keyakinan dasar, agar orang memiliki pegangan dalam hidup bersama. Keyakinan terletak dalam tesis dasar bahwa tidak mungkin ada kedamaian antara agama-agama tanpa etos global. Berdasarkan keyakinan dasar ini, parlemen agama-agama sedunia mendukung dua prinsip dan lima nilai yang bersifat umum dan bisa didukung oleh semua agama. Prinsip itu diharapkan menjadi pegangan untuk keberlangsungan hidup bersama di atas bumi ini. Dua prinsip itu adalah prinsip kemanusiaan dan kaidah emas. Sedangkan lima nilai itu adalah pantang kekerasan, solidaritas, kejujuran, kesetaraan dan kemitraan, serta tanggung jawab ekologis.
Dialog Intelektual antara Agama dan Teologi Komparatif
Pada tahun 1982, Kung dan sejumlah teman dari Universitas Tubingen membuat suatu kegiatan dialog. Kung menegaskan bahwa seorang teolog Kristen mesti memperhatikan dua hal bila ia mau berdialog dengan agama lain. Pertama, kritik diri Kristen dalam terang agama-agama lain. Kedua, kritik Kristen atas agama-agama lain dalam terang sabda Injil. Menurut Georg, “bila orang mau membuat dialog intelektual secara efektif dan jujur, orang mesti memiliki minat mendalam untuk mencari kebenaran dan bukan membenarkan diri, terbuka untuk dikoreksi dengan pandangan lain dan membutuhkan pangkajian mendalam mengenai aspek penting dari setiap agama yang terlibat”.
Relevansi Konsep Gagasan Kung dengan Indonesia
Georg mencoba menarik relevansi gagasan Kung dengan melihat situasi aktual dalam agama-agama di Indonesia. Apa penyebab kekerasan dalam relasi agama-agama di Indonesia? Apakah konsep tertentu dari etos global dapat meringankan kekerasan dalam agama? Georg melihat bahwa etos global sebagai jawaban sementara. Menurutnya, inti sari dari etos global adalah perikemanusiaan. Pertanyaan lebih lanjut dari Georg, apa yang bisa dan harus dibuat agar prinsip bisa dipraktikkan dalam hidup sehari-hari? Di sini, muncul dialog antara agama sebagai jalan. Bagi Georg, etos global dapat menghindari konflik. Maka, perlu pembinaan kesadaran untuk terwujudnya etos global. Setiap agama menggali setiap prinsip dan menghubungkannya dalam dialog antaragama.
Dr. Bagus Laksana, dalam tanggapannya atas materi Georg Kirchberger, menawarkan teologi komparatif sebagai opsi lain. Tanngapannya berangkat dari perpektif teologi agama-agama. Ia merasa tertarik dengan gagasan Georg tentang dialog intelektual, dan ia menawarkan paradigma teologi komparatif yang bersifat kostruktif-teologis.
Turut Serta AFTI
Apa yang kita bisa buat di Indonesia? AFTI perlu melibatkan diri secara serius dalam dialog intelektual. Menurutnya, dialog intelektual di Indonesia cukup serius antara agama-agama. “AFTI harus serius melibatkan diri dalam dialog intelektual”, cetus Georg.
Dalam poin ini, Georg menegaskan bahwa “gagasan Hans Kung sebagai basis untuk mencari tahu di mana tempat AFTI dalam dunia intelektual. Menjalin kerja sama untuk penelitian menyangkut soal-soal rasisme dalam lingkungan tertentu. Perlu adanya perundingan bersama antara pemimpin AFTI. Perlu bekerja sama dengan sekolah Katolik, Kristen, dan Islam untuk kegiatan kampus merdeka untuk mengasah daya intelektual dan upaya mengembangkan dialog intelektual”.
Pada gagasan penutup, Georg mengatakan, “kita bukan agama moral, seperti Islam. Kita tidak dibenarkan atas hukum Allah, tetapi karena rahmat yang dianugerahkan secara gratis dari Allah. Allah mencari orang berdosa. Moral dan etos dalam agama kristiani merupakan jawaban atas persoalan. Membina sikap percaya bahwa Allah adalah penyanggup eksistensi manusia. Dasar untuk bisa melaksanakan etos global adalah iniasiatif Allah untuk mencari kita. Sebagai akibat pembenaran dan penyelamatan Allah, kita bisa hidup dalam dunia global”.* (Penulis: Budi Nasu/editor: Arief Tandang)
BAGIKAN
PROGRAM STUDI SARJANA FILSAFAT PROGRAM STUDI SARJANA PENDIDIKAN KEAGAMAAN KATOLIK PROGRAM STUDI SARJ0
Penerimaan mahasiswa baru IFTK Ledalero tahun akademik 2025/2026 Prodi Ilmu Filsafat (S1) Prodi Pend0
Pendaftaran Online Program Studi Sarjana Filsafat, PKK, DKV, Kewirausahaan, Sistem Informasi & Magis0
© Copyright 2025 by Institut Filsafat dan Teknologi Kreatif Ledalero - Design By Institut Filsafat dan Teknologi Kreatif Ledalero