•  Beranda  /
  •  Public  /
  •  Flores Writers Festival Dibuka dengan Seminar Jejak Keterhubungan Translokalitas di Flores, Indonesia, dan Dunia

Flores Writers Festival Dibuka dengan Seminar Jejak Keterhubungan Translokalitas di Flores, Indonesia, dan Dunia

img

           Flores Writers Festival(FWF) 2023 dibuka  pada Selasa (8/11) di Aula St. Thomas Aquinas, Kampus 1 Institut Filsafat dan Teknologi Kreatif (IFTK) Ledalero. Acara pembukaan ini dihadiri oleh Rektor IFTK Ledalero, Dr. Otto Gusti Madung, SVD, Pelaksana Tugas Sekretaris Daerah Kabupaten Sikka, Robertus Ray, para penulis, budayawan, dan seniman dari berbagai penjuru Nusantara, para pelajar SMA dan mahasiswa di Maumere, sivitas akademika IFTK Ledalero, serta inisiator kegiatan Komunitas KAHE dan Klub Buku Petra.

        FWF yang berlangsung hingga 10 November 2023 ini dibuka secara resmi oleh Robertus Ray. Dalam sambutannya,  Robert, demikian dia disapa, mengatakan nilai kebudayaan yang ada akan membentuk kepribadian bangsa. “Karena itu, pertemuan Flores Writers Festival adalah kesempatan untuk saling berbagi dan berkolaborasi. Pemerintah Kabupaten Sikka sangat butuh kegiatan seperti ini sebagai salah satu cara untuk menumbuhkembangkan SDM,” tuturnya. Sementara itu, Direktur FWF, Armin Bell, dalam sapaan pembuka, menegaskan bahwa tujuan diadakannya kegiatan FWF tidak lain adalah untuk berdiskusi, saling berbagi pengalaman, serta saling bertukar tambah pikiran di antara peserta festival.

Seminar Budaya

           FWF 2023 dibuka dengan seminar budaya bertemakan “Merefleksikan Jejak Keterhubungan serta Interaksi Translokalitas di Flores, Indonesia, dan Dunia.” Seminar budaya ini dimoderatori oleh Kurator FWF yang juga dosen IFTK Ledalero, Erlyn Lasar, dan menghadirkan empat narasumber, yakni Dr. Otto Gusti Madung, SVD; peneliti independen dan aktivis di C20 Library, Anitha Silvia; Kurator FWF, Valentino Luis; dan Komite Esperansa Timor Leste, Fernando Ximenes.

         Mengawali seminar, Valentino Luis berbicara tentang historisitas pembentukan identitas Flores. Valentino menjelaskan bahwa secara geografis, Flores merupakan tempat bertemunya ras Australoid  dan Melanesia. “Dalam konteksSadang Bui berarti kemampuan kita pergi untuk kembali membawa hal-hal baru kepada daerah setempat atau lokal,” tutur penulis dan fotografer ini.

Seminar FWF 2023 IFTK Ledalero 1

Sementara itu, Pater Dr. Otto Gusti Madung, SVD, memberi perhatian pada soal migrasi, terutama dalam kaitannya dengan kasus perdagangan orang. Berdasarkan penelitiannya bersama rekan-rekannya, salah satu penyebab terjadinya migrasi yang berujung pada perdagangan orangadalah adanya keyakinan naif dari masyarakat lokal bahwa segala sesuatu yang disediakan di luar selalu membawa kesenangan untuk dirinya. Selain itu, lanjut Pater Otto, ada juga pengaruh konstruksi budaya, seperti budaya patriarki, yang melegitimasi kekerasan terhadap sesama manusia, terutama perempuan. “Masalah ini terjadi, sepenuhnya tidak bersumber dari masyarakat, tetapi karena negara gagal melindungi hak asasi warganya,” tegas Pater Otto.

Seminar FWF 2023 IFTK Ledalero 6

Anitha Silvia sebagai peneliti independen menekankan pentingnya melakukan penelitian oleh orang muda. “Kaum muda mesti memiliki keberanian untuk bereksplorasi. Penelitian sebagai salah satu cara untuk mengenal suatu kebudayaan secara lebih baik sembari menambah wawasan pengetahuan kita,” tutur perempuan asal Surabaya ini.

       Pembicara terakhir,  Fernando Ximenes, mengangkat topik hubungan Flores dengan Timor Leste dalam bidang sosial, budaya dan politik serta menyentil tentang bangkitnya neoliberalisme. “Proyek ekonomi yang dibangun di Timor Leste sangat  destruktif dan tidak kompatibel dengan masyarakat setempat. Local wisdom, kelestarian lingkungan dan kebudayaan setempat benar-benar dieksploitasi,” kisah Fernando.

Daya Filter

         Salah satu pertanyaan menarik pada sesi diskusi dilontarkan oleh mahasiswa S2 Teologi IFTK Ledalero, Riki Monteiro. Ia bertanya soal indikator yang bisa dipakai dalam menerima budaya luar yang masuk ke dalam budaya lokal. Terhadap pertanyaan tersebut, Valentino Luis menjelaskan bahwa cara untuk memfilter budaya luar yang masuk yakni dengan berpegang teguh pada akar budaya setempat. Jawaban ini pun dipertegas oleh Pater Otto. Imam yang meraih gelar doktor di Munich School of Philosophy, Jerman ini menekankan pentingnya kriteria etis. “Dalam kriteria etis, suatu kebudayaan ditolak apabila melegitimasi penderitaan,” jawab Pater Otto.

 

Bastian Dombo


 

Seminar FWF 2023 IFTK Ledalero 5Seminar FWF 2023 IFTK Ledalero 9Seminar FWF 2023 IFTK Ledalero 4Seminar FWF 2023 IFTK Ledalero 3

 

BAGIKAN