(Dr. Merry Kolimon saat membawakan materi dalam Seminar Prodi Teologi IFTK Ledalero)
Dr. Merry Kolimon mengangkat tema “Perempuan dan Agama dalam Komunitas Lintas Budaya” dalam Seminar Program Magister prodi Teologi di ruangan Clemens Institut Filsafat dan Teknologi Kreatif Ledalero pada Sabtu (18/03/2023).
Diskusi yang dihadiri oleh para dosen IFTK Ledalero, mahasiswa pascasarjana, serta beberapa kaum feminis dari Maumere dan pendeta dari beberapa gereja itu memberikan gagasan-gagasan yang menarik baik tentang perempuan, agama, maupun konteks budaya yang berbeda-beda.
Pemaparan materi Merry dalam seminar berangkat dari realitas perjuangan kaum feminis dalam budaya dan agama. Ia melihat feminisme sebagai sikap kritis terhadap budaya dan dominasi patriarki atau upaya-upaya untuk menentang superioritas kaum laki laki atas kaum perempuan.
Lebih lanjut, kaum feminis berjuang menegakkan keadilan dan kesetaraan gender. Perjuangan mereka bertujuan menegakkan masyarakat yang demokratis. Merry dalam hal ini menegaskan, perempuan mesti memiliki sikap kritis dan segala upaya untuk menunjukkan bahwa manusia, baik laki-laki maupun perempuan, diciptakan sederajat dan memiliki peluang yang sama untuk mencapai sesuatu dalam banyak aspek, misalnya soal peluang untuk menjadi pemimpin, untuk bersuara, dan lain-lain.
Merry juga menceritakan peristiwa 1965 sebagai salah satu catatan yang berpengaruh penting dalam kehidupan perempuan. Sebagai contoh, ia melihat realitas 1965 yang mengarah kepada ketidaknyamanan dalam situasi yang terjadi. Dalam catatan sejarah 1965 terdapat beberapa agama yang diakui secara resmi.
Mereka yang berada di luar agama tersebut akan dicap bertentangan dengan semua agama, serta cenderung mengalami kekerasan dan penganiayaan.
Oleh sebab itu, kehadiran kekristenan mencoba memberikan jaminan kenyamanan dengan menjadikan orang sebagai Kristen, agar tidak dicap sebagai ateis dan pengganggu dalam kehidupan bersama.
Lebih lanjut, Merry menegaskan bahwa kekristenan memberi ruang bagi perempuan untuk menunjukkan kehebatan dalam kekuatan super natural. Jika tugas perempuan dalam agama suku bersifat terbatas, maka Kekristenan akan memberikan sebuah identitas yang baru sebagai yang setara dan yang berelasi dengan yang ilahi.
Usaha kekristenan itu dirangkum oleh peran perempuan yang berusaha tampil maksimal. Sebagai contoh, tugas perempuan di NTT yang memperjuangkan perannya dalam komunitas maupun secara religius. Di sini terletak kekristenan memberi suatu kemudahan bagi perempuan.
“Jika kita melihat konteks dari perspektif teologi lintas budaya, kekristenan di Timor telah mempertemukan secara dinamis, unsur-unsur baru dari agama Kristen yang telah diperkenalkan oleh misionaris-misionaris dari Eropa dengan unsur-unsur lama dari agama lokal. Secara formal, sejak tahun 1965 agama lokal tidak lagi diperhatikan, hanya ada sedikit yang diperhatikan seperti di TTS, Sumba, dan Sabu. Meskipun secara formal, agama lokal tidak mendapat perhatian, tetapi ada sebagian unsur agama lokal yang masih melekat. Dan hal itu secara khusus membuka peran perempuan di dalamnya,” cerita Merry tentang sejarah dan peran perempuan dalam konteks budaya dan agama.
Dalam penutup, Merry memproposalkan kepada perempuan masa kini agar belajar nilai-nilai positif dari kekristenan maupun dari budaya lokal untuk membangun identitas yang utuh dan bersikap kritis terhadap budaya lokal dan ajaran atau praktik bergereja yang menempatkan mereka dalam kelas kedua.
Perempuan Kristen mesti menegaskan bahwa terdapat injil dalam budaya mereka, terdapat injil dalam belis yang mesti dihidupi untuk keberlangsungan kehidupan perempuan ke depannya.
Diksusi Alot
Proses pemaparan materi berjalan lancar. Dalam sesi diskusi, partisipan memberikan sejumlah tanggapan, saran dan pertanyaan yang menukik. Salah satu mahasiswa pascasarjana, Elmas memberikan pertanyaan yang merunut sejarah kitab suci dan para penulisnya yang notabene menganut sistem patriarki.
“Bagaimana kita dapat mngamini kitab suci yang lahir dari tradisi patriarki? Bagaimana juga cara kita mengonstruksi makna baru dengan perspektif teologi feminisme dalam membaca naskah kitab suci?” demikian pertanyaan Elmas.
Dalam kesempatan selanjutnya, dosen Teologi, Leo Kleden mengangkat sebuah persoalan diskusi tentang Allah dalam budaya dan gereja yang diakui laki-laki atau wanita. Pertanyaan ini bersumber dari teologi pemberdayaan yang melibatkan pandangan-pandangan agama asli dengan sebuah panggilan sebagai bapa dan juga ibu dalam semua suku di Flores.
Hal ini juga berbanding terbalik dengan pandangan agama asli Timor, secara khusus suku Dawan yang juga menekankan panggilan bapa atau ibu juga sebagai seorang seniman yang menganyam dan menenun hidup kita. Hal ini, lanjut Dr. Leo merupakan suatu tindakan bagi kita dalam merajut dua pandangan yang berbeda dengan suatu nilai hidup yang konstruktif.
Terhadap dua pertanyaan diskusi ini, Merry menjawab bahwa tanggapan dan pertanyaan-pertanyaan itu terdapat dalam disertasinya, Theologi of Power Man. Disertasi itu menjelaskan secara khusus tentang nane (penyembuh tradisional) yang terdapat di wilayah Timor.
Nane dalam tugasnya tidak hanya memiliki otoritas keterampilan sebagai medis verbal, tetapi juga mereka yang memiliki otoritas spiritual dengan yang suci. Dalam berbagai penafsiran, nane itu dapat dinyatakan sebagai perempuan atau pun sebagai laki-laki.
Dalam teologi feminisme, Merry menjelaskan adanya proses belajar dalam sikap kekristenan dan kekristenan yang belajar dari budaya. Hal ini membutuhkan dialog sebagai upaya kontekstual oleh para feminis sehingga dapat melahirkan bahasa yang implusif terhadap Allah, termasuk Allah dalam diri orang Timor sebagaimana pertanyaan dan tanggapan Leo Kleden.
Dalam penutupnya, Merry memahami bahwa pertanyaan dan tanggapan yang disampaikan dalam sesi diskusi menjadi poin dalam penelitiaan lanjutan yang akan dilakukan dalam waktu ke depannya. Ia berharap melalui seminar ini, audiens sekalian dapat memahami teologi feminisme secara spesifik dan mendalam.*
*Atro Sumatro
BAGIKAN
PROGRAM STUDI SARJANA FILSAFAT PROGRAM STUDI SARJANA PENDIDIKAN KEAGAMAAN KATOLIK PROGRAM STUDI SARJ0
Penerimaan mahasiswa baru IFTK Ledalero tahun akademik 2025/2026 Prodi Ilmu Filsafat (S1) Prodi Pend0
Pendaftaran Online Program Studi Sarjana Filsafat, PKK, DKV, Kewirausahaan, Sistem Informasi & Magis0
© Copyright 2025 by Institut Filsafat dan Teknologi Kreatif Ledalero - Design By Institut Filsafat dan Teknologi Kreatif Ledalero