•  Beranda  /
  •  Public  /
  •  Dosen Islamologi STFK Ledalero Raih Penghargaan Pembina Lingkungan Hidup Kabupaten Sikka

Dosen Islamologi STFK Ledalero Raih Penghargaan Pembina Lingkungan Hidup Kabupaten Sikka

img

MAUMERE, Matanews.net-Dosen Tetap STFK Ledalero, Pater Hendrik Maku, SVD meraih penghargaan Pengelola Lingkungan Hidup Terbaik Tingkat Kabupaten Sikka untuk kategori Pembina Lingkungan Hidup Tahun 2020, dan berhak mengikuti ajang yang sama di tingkat Provinsi dalam waktu dekat. Pater Hendrik dinilai layak karena kepedulian dan keterlibatannya dalam menyelamatkan lingkungan yang diberi nama “Aksi Bela Bumi” bersama para frater SVD Seminari Tinggi Santo Paulus Ledalero dalam empat tahun terakhir.

Sementara untuk Kategori Perintis Lingkungan diraih  Yohanes Brechmans  Seti warga  Nua Lolo, Desa Bhera, Kecamatan Mego yang selama ini berhasil melakukan  penghijauan pada lahan  seluas 2,5 ha dengan kemiringan lahan antara 60 s/d 90% yang awalnya padang rumput alang-alang yang tandus dan gersang selain keterampilan bertani yang dimilikinya. Kepada para pemenang diberikan piagam dan uang pembinaan.

Berita gembira penghargaan ini tertuang dalam Keputusan Bupati Sikka Nomor  312/HK/2020 tentang  Pengelola Lingkungan Hidup Terbaik Tingkat Kabupaten Sikka Tahun 2020 tertanggal 3 Agustus 2020 yang ditandatangani Bupati Fransiskus Roberto Diogo, S.Sos, M.Si, yang kopiannya diterima media ini dari Pater Hendrik Maku, SVD pada Jumat, (7/8).

Dalam keputusan ini, Bupati Sikka menjelaskan bahwa Pater Hendrik Maku adalah pendiri  kelompok lingkungan yang diberi nama  “Aksi Bela Bumi” pada tahun 2017. Dasar pemikirannya ialah bahwa  bumi kita ini hanya satu maka kita  semua tanpa terkecuali memiliki kewajiban menjaga dan merawatnya, tanpa membedakan  latar belakang sosial, agama,  ras, dan budaya.

https://matanews.net/wp-content/uploads/2020/08/Hendrik-Maku-SVD-3.jpegPater Hendrik Maku, SVD (kanan) dan Haji Hasan berbaur dengan komunitas lintas agama menanam bakau di Pantai Geliting, Kecamatan Kewapante, beberapa waktu lalu. (Foto Istimewa)

Bumi dieksplorasi secara tidak bertanggung jawab oleh manusia  yang rakus. Hutan ditebang untuk berbagai  tujuan ekonomis tanpa mempertimbangkan keharmonisan dan keseimbangan ekosistem secara keseluruhan.

Pater Hendrik Maku membentuk  kelompok lingkungan ini adalah sebuah aksi  solidaritas terhadap  nasib bumi yang sedang memikul beban yang berat. Selama kurang lebuh 3 tahun menggerakkan  mahasiswa serta mitra kerjanya yang bernaung di bawah Aksi  Bela Bumi melakukan pembersihan lingkungan  dan penanaman  aneka pohon di sejumlah lokasi di Kabupaten Sikka. Lokasi-lokasi yang disentuh antara lain penghijauan di mata air Wairkoja, Wairnangka, Wolomotong, dan pembersihan lokasi  sampah di Kota Maumere.

BACA JUGA :  Paket AMAN Tepis Isu Tak Diusung Parpol

“Pater Hendrik juga beberapa kali diminta untuk  memberikan seminar di tingkat Provinsi maupun kabupaten dengan tema  “Kebersamaan Lintas Agama untuk Pelestarian Alam” demikian Bupati Sikka.

Diberitakan sebelumnya, Dosen Islamologi STFK Ledalero, Pater Hendrik Maku, SVD masuk nominasi untuk meraih pengahargaan sebagai Pembina Lingkungan Hidup Kabupaten Sikka tahun 2020. Pater Hendrik menjadi salah satu nominator kuat setelah ia dan mahasiswa serta mitra kerjanya yang bernaung di bawah nama “Aksi Bela Bumi” gencar melakukan pembersihan lingkungan dan penanaman aneka pohon di sejumlah lokasi di Kabupaten Sikka  di antaranya Penghijauan di mata air Wairkoja, Penghijauan di mata air Wairnangka,  Penghijauan di mata air Desa Wolomotong, dan Pembersihan sampah di Kota Maumere dalam setahun terakhir.

Pater Hendrik Maku, SVD  saat diwawancarai tim independen yang terdiri dari  Amir Djonu (Ketua Tim) dengan dua anggotanya  Lambertus Abdon dan  Hilarius Heling menyampaikan dan menjawab 4 hal penting yang ditanyakan tim independen.

Pertama, Terkait  Aksi Bela Bumi. Itu adalah nama kelompok lingkungan hidup yang saya bentuk tahun 2017. Mengapa harus diberi nama Aksi Bela Bumi? Bumi kita hanya satu. Dialah ibu untuk semua.

Dia, bumi telah “menyusul”, mengasuh, dan membesarkan segenap umat manusia tanpa kecuali. Dia, bumi ibu untuk semua orang, tanpa membedakan apa pun latar belakang sosial, agama, ras dan budaya yang menjadi identitas dari setiap pribadi. Bumi yang demikian baik untuk semua, terkadang menangis karena ulah manusia yang tidak tahu berterima kasih. Ibu, bumi dieksplorasi dan dieksploitasi secara tidak bertanggung jawab oleh manusia yang rakus. Hutan ditebang untuk berbagai tujuan ekonomis tanpa mempertimbangkan keharmonisan dan keseimbangan ekosistem secara keseluruhan. Pabrik dan perusahaan dibuka dimana-mana. Polusi udara tidak terhindar semua itu seakan ditimpahkan ke atas pundak sang bunda, bumi. Bumi seakan sedang memikul beban yang sangat berat. Namun, pernahkah kita, manusia merasakan atau paling kurang memikirkan beban berat yang sedang dipikul oleh sang bunda, bumi?

BACA JUGA :  Menteri PUPR Tinjau Proyek KSPN di Labuan Bajo

https://matanews.net/wp-content/uploads/2020/08/Hendrik-Maku-SVD-4.jpegPater Hendrik Maku, SVD dan para fratres Seminari Tinggi Ledalero dan Mahasiswa STFK membersihkan sampah di Pemakaman Islam Geliting, Kecamatan Kewapante, beberapa waktu lalu. (Foto Istimewa)

“Terbentuknya kelompok dengan nama Aksi Bela Bumi yang saya iniasi merupakan sebuah aksi solidaritas terhadap nasib ibu bumi yang sedang memikul beban yang berat. Ibu bumi perlu dibantu. Bantuan itu hadir dalam bentuk aksi nyata penghijauan di berbagai mata air dan juga aksi bersih-bersih di beberapa titik sampah di Kota Maumere dan sekitarnya,” kata Pater Hendrik.

Kedua, terkait hal positif apa saja yang diperoleh atau yang menjadi hasil dari kegiatan penghijauan? Pertama-tama saya jelas bahwa ibu bumi menjadi lebih sehat. Kalau ibu bumi sehat maka manusia yang diasuhnya akan sehat. Mengapa? Kebutuhan akan air minum yang bersih tercukupi sebab debit air menjadi lebih stabil. Polusi udara juga ditekan. Hutan yang terawatt menjadi paru-paru untuk menyaring udara yang terkontaminasi dengan kotoran. Manusia kemudian menghirup udara yang bersih. Selain itu, curah hujan juga menjadi stabil. Para petani bisa bekerja di kebun pada waktunya dan kemudian bisa menikmati panenan sesuai harapan.

Ketiga, selain beberapa poin di atas, apakah ada nilai positif yang lain, yang menjadi sesuatu yang khas dari aksinya Pater Hendrik? Ya, tentu. Aksi Bela Bumi yang saya gagaskan dan jalankan selama ini sebetulnya adalah sebuah Kampanye Kerukunan dan Dialog Antaragama.

Saya menjadikan aksi penghijauan di mata air dan juga aksi bersih-bersih sebagai media perjumpaan lintas agama. Semua kelompok sosial dari berbagai latar belakang saya libatkan. Puji Tuhan, semua yang diundang selalu memberikan respon yang positif. Di sini, saya sebetulnya sedang mendidik (tujuan edukatif) umat dari berbagai agama, bahwa agama yang berbeda bukanlah alasan untuk tidak bisa bekerja sama dengan yang lain. “Menurut saya,agama bukanlah sekat yang memisahkan.

BACA JUGA :  Formapp Desak Hentikan Pembangunan Sarpras di TNK

https://matanews.net/wp-content/uploads/2020/08/Hendrik-Maku-SVD-1.jpegPater Hendrik Maku, SVD dan para fratres Seminari Tinggi Ledalero dan Mahasiswa STFK membersihkan sampah di Pemakaman Islam Geliting, Kecamatan Kewapante, beberapa waktu lalu. (Foto Istimewa)

Agama adalah jembatan perjumpaan dengan yang lain. Agama adalah jalan tol menuju perdamaian. Saya sangat yakin bahwa setiap agama mengajarkan nilai yang sama yakni, Merawat Ibu Bumi, Menjaga Kebersihan Lingkungan, Merawat Hutan di Kawasan Mata Air, Adalah Bagian Dari Iman,” katanya.

Keempat, sejak kapan Pater terlibat dalam kegiatan penghijauan dan apa saja yang telah dibuat selama ini? Sudah lama sekali dan sudah banyak aksi yang dibuat. Terhitung sejak tahun 2002 saya sudah terlibat sebagai anggota Frapala (Fratres Pencinta Alam). Kami pernah membuat penghijauan di beberapa tempat, antara lain di Mata Air Nilo dan di Koro. Kemudian sebagai penggagas Aksi Bela Bumi, beberapa kegiatan yang sudah dilakukan di antaranya Penghijauan di mata air Wairkoja (2017) di Desa Hoder, Kecamatan Waigete; Penghijauan di mata air Wairnangka (2018), di Desa Wolomotong, Kecamatan Doreng; Penghijauan di mata air Waipung (2019) di Desa Nita, Kecamatan Nita. Selain itu; dan  beberapa kegiatan bersih-bersih pernah dilakukan di antaranya pembersihan lingkungan dalam rangka mencegah DBD di Kelurahan Kota Uneng dalam kerja sama dengan Ibu Lurah Kota Uneng; Aksi bersih-bersih di Geliting; aksi bersih-bersih di  beberapa titik di Kota Maumere dalam kerja sama dengan Sema STFK Ledalero.

“Itulah beberapa poin syering yang bisa saya sampaikan pada kesempatan ini. Saya masih menunggu tahapan seleksi selanjutnya dari tim independen yang bertugas untuk menyeleksi Pembina Lingkungan Hidup Tahun 2020. Apapun yang akan terjadi selanjutnya, saya akan hadir lagi untuk membagikan pengalaman dalam bentuk serita ringan. Demikian kisah saya, calon Pembina Lingkungan Hidup Tahun 2020,” kata Pater Hendrik.*(M-7)

BAGIKAN