Ada tampilan berbeda pada malam terakhir menjelang perayaan puncak pesta emas STFK Ledalero. Kalau pada malam-malam sebelumnya, segenap civitas akademika Ledalero, alumni, dan para undangan tertawa ria sambil menikmati penampilan acara budaya dan live music di panggung, maka malam pada 07 September 2019, Pater Superior General SVD, segenap civitas akademika Ledalero, alumni, dan para undangan masuk ke kedalaman hati, merefleksikan hidup, dan berbicara dengan Tuhan sang empunya kehidupan. Suasana Kapela Agung Seminari Tinggi St. Paulus Ledalero pada malam itu terasa sangat khidmat karena dilaksanakan vesper agung. Vesper agung tersebut dipimpin oleh Uskup Keuskupan Larantuka, Mgr. Frans Kopong Kung dan didampingi oleh RD. Yohanes Montero selaku ceremoniarium. Suasana menjadi tambah agung dan mulia ketika mendengar pujian dalam bentuk nyanyian yang dibawakan oleh 25 Frater Karmel. Mata juga dimanjakan dengan pemandangan jubah para frater yang beraneka ragam: ada jubah berwarna putih, ada jubah berwarna coklat, dan ada jubah putih yang pada bagian pinggang terdapat single. Vesper agung yang dilaksanakan selama kurang lebih satu jam sanggup mengantar umat untuk merasakan kehadiran Tuhan.
Tepat pukul 18:00 WITA, vesper agung selesai dan kemudian dilanjutkan dengan prosesi seribu lilin. Semua umat sambil memegang lilin bernyala berarak dari kapela agung menuju ke pemakaman para imam dan bruder SVD, para dosen, para mahasiswa, dan para penjasa. Sepanjang perjalanan menuju ke pemakaman, semua umat bernyanyi bersama memuji Allah. Sebagaimana sebatang lilin merelakan dirinya untuk dibakar sampai habis agar memberikan terang dan menghalau kegelapan, demikian juga para imam dan bruder SVD, para dosen, para mahasiswa, dan para penjasa rela mengorbankan diri dengan cara mereka masing-masing untuk mengusahakan kemajuan lembaga pendidikan STFK Ledalero dan juga tentunya Seminari Tinggi St. Paulus Ledalero. Mereka boleh saja pergi selama-lamanya, namun nama mereka tetap abadi. Mereka boleh saja mengakhiri perziarahan di dunia ini, namun jasa mereka akan tetap dikenang selama-lamanya.
Lilin-lilin yang dibawa kemudian diletakkan di atas makam para imam dan bruder SVD, para dosen, para mahasiswa, dan para penjasa. Pemandangan di pekuburan SVD malam itu begitu indah karena diterangi oleh cahaya lilin-lilin yang bernyala. Uskup Frans memimpin doa di pekuburan. Bersama semua umat yang berkumpul, beliau memohon kerahiman Tuhan untuk mengampuni semua salah saudara-saudara yang telah berpulang dan memperkenankan mereka untuk masuk ke Kerajaan Surga untuk menikmati kebahagiaan kekal. “Kita tidak boleh melupakan semua mereka yang telah pergi mendahului kita. Mereka mempunyai jasa yang besar bagi lembaga pendidikan STFK Ledalero. Sudah selayaknya kita sebagai Gereja Peziarah berdoa bagi mereka yang masih berada di api penyucian dan tentunya bagi mereka yang sudah berbahagia di Surga akan tetap menjadi pendoa ulung bagi kita semua dan tentunya bagi kemajuan lembaga pendidikan STFK Ledalero”, ungkap P. Otto Gusti Madung, SVD ketika diwawancarai.
Sesudah acara seribu lilin di pekuburan SVD, para dosen dan para alumni STFK Ledalero berkumpul di aula Santo Thomas Aquinas untuk mengadakan temu alumni. Memang tidak semua alumni STFK Ledalero yang bisa hadir untuk mengalami sukacita perayaan 50 tahun STFK Ledalero. Namun, dari beberapa yang sempat hadir tampak bahwa mereka dipenuhi sukacita dan menghidupkan kembali ingatan beberapa tahun silam ketika masih menjadi mahasiswa STFK Ledalero. Di antara mereka tercipta keakraban dan antusiasme untuk menceritakan pengalaman hidup setelah dididik di STFK Ledalero. STFK Ledalero pada usianya yang ke 50 patut berbangga karena telah melahirkan manusia-manusia bermutu. Ada yang sudah menjadi superior general SVD, ada beberapa alumni yang sudah menjadi Uskup, ada banyak imam dan misionaris yang mengabdikan diri di seluruh dunia, dan lebih banyak lagi yang menjadi awam dengan profesi-profesi mereka masing-masing yang tentunya berguna bagi kemajuan bangsa dan Gereja. “Saya mengalami sukacita yang dahsyat pada malam ini karena saya bisa bertemu kembali dengan teman-teman seperjuangan ketika masih menjadi mahasiswa. Ketika berkumpul seperti ini, saya teringat kembali akan suasana kelas di zaman kami dulu. Sarana dan prasarana perkuliahan yang serba terbatas pada zaman kami dulu ternyata bisa melahirkan manusia-manusia hebat yang menyebar di seluruh wilayah di dunia ini. Untuk kamu yang masih berjuang, teruslah berjuang dan jangan pernah menyerah”, tegas Bapak Lambert Dore Purek, S. Fil, BCC, alumnus STFK Ledalero angkatan 1988/1989 yang bertugas sebagai ketua alumni STFK Ledelero wilayah Maumere.
(Jean Loustar Jewadut).
SHARE THIS
Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Vestibulum volutpat tortor nec vulputate pe0
Cras consectetur suscipit nisi a fermentum. Class aptent taciti sociosqu ad litora
Vivamus convallis lobortis dolor, eu varius ipsum tincidunt sed. Suspendisse sit amet ante ullamcorp0
Nulla vitae urna orci. Nunc at dictum ligula, vel suscipit nunc.
© Copyright 2025 by Ledalero Institute of Philosophy and Creative Technology - Design By Ledalero Institute of Philosophy and Creative Technology