Studium Generale Pekan Ketiga: Gereja Bergerak Menuju Kaum Miskin

img

            Studium Generale pekan ketiga kembali digelar di auditorium Kampus 2 Institut Filsafat dan Teknologi Kreatif Ledalero pada Sabtu (28/09/2023). Studium generale yang dihadiri oleh mahasiswa, para dosen, staf kependidikan, pejabat pemerintahan dan tokoh masyarakat mengangkat tema “Paus Fransiskus dan Teologi Pembebasan.” Studium generale kali ini dibawakan oleh Dr. Otto Gusti Madung, SVD.

            Ada tiga bagian penting dari presentasi Rektor IFTK Ledalero ini. Pada bagian pendahuluan dibahas alasan mendiskusikan topik Paus Fransiskus dan Teologi Pembebasan. Dalam bagian kedua dibahas latar belakang historis dan pengertian Teologi Pembebasan. Tiga sub-topik penting dalam bagian kedua ini adalah kemiskinan sebagai latar belakang lahirnya teologi pembebasan; ciri etis-epistemologis teologi pembebasan; dan pemahaman tentang pembebasan dalam teologi pembebasan. Bagian terakhir dari Studium Generale kali ini adalah relasi antara Teologi Pembebasan dan Paus Fransiskus.

            Teologi pembebasan merupakan sebuah model teologi yang lahir karena situasi kemiskinan. Mengutip Leonardo Boff dan Clodovis Boff, Rektor IFTK Ledalero mengatakan bahwa situasi kemiskinan yang terjadi dalam kehidupan masyarakat, mendorong Gereja untuk membangun cara baru dalam berteologi. “Teologi pembebasan merupakan sebuah model teologi yang lahir di Amerika Latin pada akhir tahun 60-an di abad ke-20 sebagai tanggapan terhadap persoalan kemiskinan, penderitaan dan ketidakadilan sosial yang dialami oleh masyarakat Amerika Latin.”

            Leonardo Boff dan Clodovis Boff melukiskan penderitaan masyarakat Amerika Latin dalam dua kisah. Pertama, kisah tentang perempuan tua yang mengaku dosa dan berjuang mengikuti perayaan ekaristi karena lapar. Kedua, kisah tentang seorang uskup yang berusaha setiap hari membantu orang-orang yang kelaparan.

            Bagaimana menjelaskan perubahan sikap Bergoglio dari seorang yang menentang teologi pembebasan kemudian menjadi bagian dari komunitas teolog pembebasan?. Kedekatan Paus Fransiskus dengan teologi pembebasan tampak pada seruan apostolik Evangelii Gaudium. Dengan merujuk pada seruan Apostolik Evangelii Gaudium, Pater Otto merumuskan tiga persamaan antara teologi pembebasan dan pandangan teologi Paus Fransiskus. Pertama, persamaan pemahaman tentang kerajaan Allah. Kedua, urgensi tentang perubahan struktural dalam melakukan perubahan sosial. Ketiga, pandangan tentang orang miskin.   

06 SG 3 3Karya evangelisasi terkait misi teologi pembebasan, dalam pandangan Pater Otto, mesti diwarnai dua ciri berikut: Gereja yang bergerak menuju kaum miskin dan usaha membawa kaum miskin ke dalam Gereja. Kemiskinan dan situasi ketidakadilan mendorong Gereja untuk terlibat secara aktif untuk mewartakan kerajaan Allah. Kehadiran Gereja tidak hanya mewartakan kerajaan Allah, tetapi juga perlu membawa perubahan yang radikal di dalam masyarakat. Hal inilah yang dikehendaki Paus Fransiskus dalam teologi pembebasan.

            Diskusi alot tentang tema Paus Fransiskus dan Teologi Pembebasan ini mendorong Bapak Siflan, seorang peserta dalam sesi diskusi mengatakan bahwa tema hari ini seharusnya dihadiri juga oleh Bupati, Ketua DPR, DPR dan semua kepala dinas karena terkait kebijakan teknis dalam usaha pemberdayaaan yang membebaskan masyarakat miskin.

 

Yonsi Yopador

>> Galeri Studium Generale III

           

 

 

SHARE THIS