Studium Generale Pekan Kedua “ Kata Paus Fransiskus: Gereja harus terlibat! ”

img

“Saya lebih menyukai Gereja yang memar, terluka dan kotor karena telah keluar ke jalan-jalan, daripada Gereja yang sakit karena menutup diri dan nyaman dengan diri sendiri,” demikian P. Dr. Puplius Meindrad Buru SVD mengutip Paus Fransiskus dalam Evangelii Gaudium No. 49.

Tampil sebagai pembicara pada Sabtu (21/10/23) di auditorium Kampus 2 IFTK Ledalero, doktor jebolan Austria tersebut membahas tema “Paus Fransiskus dan Gereja yang Terlibat.” Kegiatan ini merupakan bagian dari rangkaian sesi kuliah untuk masyarakat umum yang dihelat untuk mengenang satu dekade kepemimpinan Paus Fransiskus.

Pastor Meindrad Buru menandaskan peran penting Evangelii Gaudium dalam pelayanan dan kepemimpinan Paus asal Argentina tersebut.  “Surat Apostolik ini merupakan agenda teologi dan pastoral praktis Paus Fransiskus dengan dua poin penting, yakni membangkitkan kembali ciri misioner Gereja dan menempatkan orang miskin sebagai sentrum misi Gereja.”

“Gereja harus menghidupi spirit gembala berbau domba. Saya tidak menginginkan Gereja yang berambisi menjadi pusat dan berakhir dengan terperangkap dalam jerat obsesi dan prosedur. Keberpihakan pada kaum miskin tidak hanya bergerak pada level retoris, tetapi mesti disertai dengan tindakan konkret,” tandasnya mengutip Paus Fransiskus.

Pemaparan Pastor Meindrad dibagi dalam empat bagian yakni dasar biblis-teologis, realitas aktual dunia sebagai konteks pastoral dan misi Gereja,  seruan apostolik Paus Fransiskus kepada Gereja untuk bergerak keluar dan terlibat, dan tindakan simbolis dalam biografi Paus Fransiskus sebagai motivasi bagi Gereja untuk bergerak keluar dan terlibat.

Realitas aktual dunia dewasa ini ditandai oleh kemiskinan. Mengutip Ignatio Ellacuria, Direktur Pasca Sarjana IFTK Ledalero tersebut mengatakan, kemiskinan merupakan terminologi Teologi, Kristologi dan Soteriologi.

“Secara teologis, kemiskinan bisa dikaitkan dengan peristiwa inkarnasi, di mana Allah masuk dalam golongan kaum miskin untuk mewartakan kabar gembira kepada mereka dan bahkan menjadikan mereka sebagai sentrum pewartaan. Secara Kristologis, pewartaan Kristus ditujukan pertama-tama kepada kaum miskin. Bahkan, dia mati di salib demi membela kaum miskin. Sementara itu, secara soteriologis, kaum miskin memiliki fungsi penebusan dan pertobatan.”

“Kemiskinan yang dimaksud oleh Paus Fransiskus sebenarnya juga mencakup realitas ketidaksetaraan dan ketidakadilan di dunia, penindasan, dan jurang pemisah antara yang kaya dan miskin. Perubahan budaya yang cepat menimbulkan berkembangnya globalisasi ketidakpedulian.”

Agenda pastoral Paus Fransiskus tidak hanya sebatas kata-kata, tetapi didukung oleh berbagai tindakan simbolis yang menonjol.

“Salah satu contohnya yaitu perjalanan apostolik Paus Fransiskus ke Republik Kongo dan Sudan pada 31 Januari-5 Februari 2023. Di sana, ia mengunjungi orang-orang sakit, berjumpa dengan penduduk asli yang terpinggirkan, masyarakat pemukiman urban, korban kekerasan, serta berjumpa dengan para perwakilan dari organisasi-organisasi karitatif.”

“Beragam tindakan konkret Paus Fransiskus tersebut,” kata Pastor Pupilius, “ditujukan untuk melawan fenomena globalisasi ketidakpedulian.”

“Paus Fransiskus juga ingin menunjukkan bahwa semua tindakan karitatif hendaknya tidak dilihat sebagai ‘show’untuk mencari popularitas diri, tetapi sebagai kesaksian injili yang keluar dari imannya akan Yesus Kristus yang membebaskan.”

Gereja masih sibuk dengan Sakramen

Dalam konteks Gereja di NTT dan Flores secara khusus, Pastor Puplius mengatakan bahwa Gereja masih cenderung berkutat pada urusan liturgi dan sakramen.

“Sebagai contoh, percuma kalau kita sering berdoa ke gereja, tetapi setelah pulang dari gereja, kita justru mencaci maki orang lain. Iman kita di Flores terlalu mengimpikan keselamatan eskatologis, semisal Kerajaan Surga, sedangkan Kerajaan Surga yang ada sekarang ini dan di sini acap kali kita lupakan.”

Hal senada dikemukakan Toni Mbukut, salah satu Dosen IFTK Ledalero yang hadir dalam seminar tersebut.

“Gereja di Flores terlalu berkonsentrasi pada kata kemiskinan sebagai kebajikan. Dalam hal ini, khotbah, gagasan-gagasan yang kita ungkapkan hanya bergerak pada level kata-kata. Sementara itu, pada level praktis, keterlibatan Gereja justru jauh dari ekspektasi. Ada bahaya bahwa Gereja kita di Flores hanya hadir sebagai opium atau penghibur tanpa ada usaha pembebasan.”

Menurut Toni Mbukut, Gereja cukup berkonsentrasi pada pembangunan fisik. “Gereja di Flores terlalu fokus pada bangunan gereja atau pastoran yang mewah. Umat yang miskin dan menderita terbuai oleh pelbagai kemewahan dan mengira itu yang benar. Dalam hal ini, Gereja belum terlalu meyakinkan untuk membebaskan umat dari situasi kemiskinan.”


Apri Selai

02 studium generale II 2023 18

Ket.: Para peserta studium generale kedua 2023 IFTK Ledalero foto bersama selepas kuliah umum di Auditorium Kampus 2 IFTK Ledalero.

02 studium generale II 2023 13

Ket.: Suasana Studium Generale Pekan ke II

 

SHARE THIS