Seminar Paradigma Teologi Inter-Kontekstual

img

Paradigma Teologi Inter-Kontekstual

Sabtu, 28 November 2020, Sekolah Tinggi Filsafat Katolik Ledalero menyelenggarakan Seminar Dosen bertajuk Paradigma Teologi Inter-Kontektual. Seminar ini dilaksanakan di ruangan Clemens Sekolah Tinggi Filsafat Katolik Ledalero. Kegiatan ini dimulai pada pukul 08.30 dan dihadiri oleh para dosen dan juga para mahasiswa semester 3 pasca sarjana STFK Ledalero. Seminar Dosen ini juga ditayangkan secara daring melalu kanal Youtube STFK Ledalero.

Moderator dan pemateri dalam Seminar Dosen kali ini adalah Dr. Puplius Meinrad Buru dan Dr. John Mansford Prior. Dr. John Prior mengawali presentasi seminar dengan menguraiakan pandangan para Uskup Asia tentang teologi. Berteologi dalam konteks Asia berarti realitas-realitas aneka konteks menjadi sumber teologi. Sebagai orang Kristen Asia, kita berteologi dengan realitas Asia sebagai sumber, sejauh kita menemukannya di dalamnya kehadiran dan tindakan Allah, serta karya Roh. Teologi asia berakar bukan pada seorang Kristus yang kita kenal hanya dengan otak dan akal, melainkan seorang Kristus yang berbicara kepada kita dalam hati-nurani melalui kehadiran serta tindakan-Nya yang hidup. Kebudayaan bangsa-bangsa, sejarah perjuanganya, agama-agamanya, kitab-kitab sucinya, tradisi-tradisi lisannya, religiositas populernya, dan lain-lain memiliki kepentingan metodologis dalam konteks kita dan menjadi sumber teologi. Kehidupan dalam segala totalitasnya adalah bahan mentah bagi teologi. Allah hadir dalam totalitas kehidupan sebagai penyelamat.

Untuk konteks Indonesia, para Uskup memberikan uraian tentang teologi melalui Nota Pastoral yang diterbitkan KWI. Namun menurut Dr. John Prior, pendasaran teologis yang terdapat dalam Nota-nota pastoral KWI belum mendalam. Hal ini disebabkan karena, KWI memakai bahasa umum atau bahasa bersama yang dapat dimengerti oleh sidang pembaca di luar kalangan gereja. Oleh karena itu, menurut Dr. John Prior, teologi inter-kontekstual harus menggunakan bahasa simbol, sebab dengan bahasa simbol teologi interkontekstual lebih menggairahkan, mengilhami, menggugah, membakar imajinasi.

Pada bagian selanjutnya, Dr. John memberikan penjelasan tentang paradigma teologi inter-kontekstual di Asia. Basis utama penjelasan Dr. John adalah pemikiran-pemikiran para teolog Asia, baik itu para teolog pria maupun para teolog feminis. Satu hal yang menarik dalam seminar ini, Dr. Jon Prior mengutip Uskup Methodis Yap Kim Hao dari Singapura, “Gagasan  Teologi dibentuk di Eropa, diperbaiki di Inggris, dibengkokkan di Amerila, dan dipikul ke Asia.”

Seturut pemantauan tim Redaksi, seminar dosen ini berjalan lancar dan santai. Sebelum mengakhiri seminar dosen, Dr Puplius berujar, “mari kita berani merambah ke segala arah dengan membumikan kecerdasan akademik kita dalam masalah sosial yang dihadapi, berani tidak tunduk pada penindasan, dan berani untuk tidak terperangkap dalam zona nyaman.” 

 

 

 

 

SHARE THIS