SEMA STFK Ledalero Selenggarakan Workshop Manajemen Media Dan Feature Kreatif

img

            Jumat, 21 Februari 2020, puluhan mahasiswa STFK Ledalero berkumpul di ruangan Niko Hayon untuk mengikuti kegiatan workshop manajemen media dan feature kreatif. Workshop ini adalah salah satu program dalam kalenderium Sema Ledalero yang dicanangkan oleh seksi akademik dan seksi Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Sema Ledalero. Workshop yang berlangsung selama dua setengah jam (10.00-12.30) ini menghadirkan dua pembicara yaitu Rini Kartini (aktivis media di Maumere) dan Nansianus Taris (wartawan Kompas.com). Para peserta workshop sangat antusias mengikuti kegiatan yang diselenggarakan oleh Sema Ledalero.

            Kesempatan pertama untuk memaparkan materi workshop diberikan kepada Rini Kartini. Beliau membawakan materi tentang manajemen media. “Saya bangga dengan Sema Ledalero yang membuat workshop tentang manajemen media. Ini sesuatu yang baru dan mesti terus dipertahankan. Kalian di sini sudah berulang kali mengadakan workshop tulis-menulis dan banyak di antara mahasiswa Ledalero yang memiliki bakat menulis yang baik. Dengan diadakannya workshop tentang manajemen media, kamu tentu sadar bahwa menulis itu baik namun belum cukup. Kamu harus tahu seluk beluk dan dinamika kerja sistem media. Tentang seluk beluk dan dinamika kerja sistem media akan kamu dapatkan dalam workshop tentang manajemen media”, jelas Rini Kartini yang juga menjadi dosen komunikasi di Unipa Maumere.

            Kehadiran media tidak dapat disangkal oleh masyarakat. Ada pihak yang memiliki media sendiri dan ada juga yang bekerja di media orang lain. “Kalau berbicara tentang media, ada dua hal yang perlu dijaga keseimbangannya yaitu aspek bisnis dan aspek konten. Setiap media harus berjuang untuk mengusahakan kelancaran bisnis sambil tetap menyajikan konten-konten yang berkualitas kepada konsumen. Selain itu, media-media juga perlu memiliki dan memperjuangkan tercapainya visi dan misi yang jelas”, tegas Rini Kartini.MG 5198

            Pengelolaan terhadap sebuah media agar bisa menjawabi kebutuhan konsumen sambil tetap berpegang teguh pada visi dan misi tidak bisa tidak harus selalu mengandalkan kerja tim. Pembagian tugas mesti jelas dan setiap orang yang sudah dipercayakan mesti bertanggung jawab terhadap tugas masing-masing. Ada yang menjadi pemimpin redaksi, editor, fotografer, wartawan, dan distributor media ke tangan konsumen.

            Setiap media selalu berusaha untuk menyajikan berita-berita yang berkualitas kepada konsumen. “Pembuatan berita yang berkualitas punya tahap-tahapnya. Minimal ada tujuh langkah atau tahap memproduksi berita yang menarik dan berkualitas: membuat pertemuan dan menyampaikan proyeksi, melakukan pembagian kerja, mengoleksi data, mengirim berita ke editor, pengeditan berita yang dilakukan oleh editor, layout dan produksi, dan terakhir berita siap disebarkan ke konsumen. Semua tahap tersebut harus dilalui secara serius jika ingin menghasilkan berita yang menarik dan berkualitas”, jelas Rini Kartini.

            Setelah memaparkan materi tentang sistem kerja media, Rini Kartini menyajikan materi tentang Lembaga Pers Mahasiswa (LPM). “LPM mesti ada di dalam sebuah kampus. Kesulitan mendasar untuk membentuk LPM adaah soal pendanaan. Beberapa tahun lalu, ketika membentuk LPM di Unipa Maumere, kesulitan pendanaan sangat kami alami. Terpaksa, saya menggunakan uang pribadi untuk membeli printer, tinta, dan kertas untuk keperluan pencetakkan media kami. Namun, dalam perjalanan waktu, pelan-pelan kami mengumpulkan uang hasil penjualan media kami. Pengalaman kami di Unipa bisa menjadi bahan pelajaran bagi mahasiswa di Ledalero agar berani mengembangkan LPM”, harap Rini Kartini.

workshop manajemen kreatif 2020 2Seperti media-media lain di luar kampus, LPM juga mesti memiliki struktur redaksi dan pembagian wewenang yang jelas. Semua itu dibutuhkan agar menghindari kesan bahwa LPM hanya menjadi media individu atau segelintir orang saja. LPM juga bisa melakukan kerja-kerja investigatif terhadap masalah-masalah tertentu, menyajikannya dalam bentuk berita dan disebarluaskan ke konsumen. “Kerja investigatif terhadap sebuah masalah tertentu bukanlah pekerjaan yang mudah karena kita harus turun langsung ke lapangan untuk melakukan wawancara secara serius. Dalam wawancara, tidak cukup kalau kita hanya memegang prinsip cover both side (wawancara kedua pihak yang saling bermasalah). Prinsip tersebut harus beralih ke prinsip cover all side (wawancara sebanyak mungkin pihak, baik yang bermasalah maupun pihak yang bisa memberikan kesaksian tentang masalah yang melibatkan kedua pihak)”, jelas Rini Kartini.

            Selain memaparkan materi, Rini Kartini juga memberikan kesempatan kepada para peserta workshop untuk melakukan simulasi manajemen media. Para peserta dibagi ke dalam tiga kelompok dan masing-masing kelompok beranggotakan 5-6 orang. Masing-masing kelompok diberikan kasus tertentu diolah oleh kelompok. Masing-masing kelompok dituntut untuk menjaga keseimbangan antara aspek konten dan bisnis.

Setelah Rini Kartini memaparkan materi workshop, kesempatan kedua diberikan kepada Nansianus Taris, wartawan Kompas.com. Ia lebih berfokus untuk membagi pengalamannya menjadi seorang wartawan Kompas.com yang terbiasa menulis feature. “Feature dan straight news (berita langsung) itu dua hal yang berbeda. Semua orang bisa menulis berita langsung dengan formulasi 5W+1H. Di halaman-halaman status di facebook, kita selalu membaca berita-berita langsung, misalnya berita tabrakan antara bemo dan motor Suzuki. Formulasi 5W+1H lengkap. Berbeda dengan berita langsung, tidak semua orang bisa menulis feature. Feature bukan fiksi, melainkan berita. Tujuan feature adalah mendeskripsikan fakta. Kesulitan utama untuk menulis feature adalah menentukan angle (sudut pandang) yang tepat dari suatu kejadian atau momen tertentu”, jelas pria yang akrab disapa Nansi.

            Nama Nansi menjadi terkenal bukan hanya untuk konteks Maumere, tetapi juga untuk konteks nasional dan internasional. Dia menjadi semakin dikenal publik melalui karya-karya featurenya yang menarik, inovatif, dan sangat humanis. Featurenya tentang kisah Renold, mahasiswa yang berhenti kuliah dan memilih untuk menjadi peternak babi hingga beromzet miliaran rupiah menjadi viral ke mana-mana dan memotivasi publik untuk belajar beternak babi secara profesional. Selain feature tentang Renold, feature karya Nansi tentang suami istri di Maumere yang kedua kaki mereka patah dan makan hanya menunggu belas kasihan dari tetangga menggerakkan hati Jokowi untuk memberikan santunan. Bahkan, tim dokter dari kementerian kesehatan mendatangi Maumere untuk mengobati kaki pasutri tersebut dan membantu memperlancar proses kelahiran bayi mereka hingga akhirnya bayi mereka diberi nama Joko sebagai sebuah tanda terima kasih kepada presiden Joko Widodo. Ada juga feature karya Nansi tentang seorang guru di wilayah Maumere yang menerima gaji sebesar Rp. 85.000 per bulan. Feature tersebut membuat guru yang bersangkutan dan Nansi diundang ke Jakarta oleh PT Telkom Indonesia untuk mengunjungi Jakarta dengan biaya gratis.

“Saya orang yang sederhana yang berasal dari Manggarai Timur, tetapi bisa berkunjung ke Jakarta dengan biaya gratis. Dengan menulis feature, relasi kita diperluas, pengalaman kita diperkaya, dan misi kemanusiaan kita diperkuat. Semua menjadi mudah kalau ada keberanian untuk memulai, ya memulai untuk menulis feature”, tandas Nansi, wartawan Kompas.com.

MG 5256Workshop tentang manajemen media dan penulisan feature kreatif ditutup dengan kata penutup dari Rio Nanto, Ketua Sema Ledalero. “Kami bergembira karena sudah mendapatkan input pengetahuan dan pengalaman yang bermakna dari kedua narasumber pada hari ini. Kami berterima kasih kepada kedua narasumber karena sudah meluangkan waktu untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman. Kami juga memohon maaf untuk semua kekurangan yang ditemukan di dalam kesempatan workshop ini. Kami berharap agar kerja sama di antara kita semakin hari semakin kokoh”, harap Rio Nanto. Setelah kata penutup dari Ketua Sema Ledalero, dilanjutkan dengan acara penyerahan cindera mata kepada kedua narasumber dan foto bersama perseta workshop dengan kedua narasumber.


 Jean Loustar Jewadut

 

SHARE THIS