Ket: Para Mahasiswa IFTK Ledalero berpose bersama Direktorat KMA Ditjen Kebudayaan Kemendikbud RI Sjamsul Hadi dalam kegiatan Festival Benih Leluhur, pada Senin (19/06/2023).
Adonara, IFTK Ledalero. Pergelaran Festival Benih Leluhur yang diselenggarakan di Adonara, dari 18-21 Juni 2023, melibatkan banyak pihak, termasuk IFTK Ledalero. Kampus yang baru beralih nama dari Sekolah Tinggi Filsafat Katolik (STFK) menjadi Institusi Filsafat dan Teknologi Kreatif (IFTK) Ledalero pada bulan Juni 2022 itu mengutus beberapa mahasiswa dan dua pembina untuk mengikuti kegiatan tersebut.
Para mahasiswa dipilih dari setiap Prodi, selain Prodi S2 Teologi, di antaranya Prodi Filsafat dipilih delapan orang, Pendidikan Keagamaan Katolik (PKK) enam orang, Prodi Kewirausahaan dan Desain Komunikasi Visual (DKV) masing-masing dua orang. Para mahasiswa berangkat dari Ledalero sekitar pukul 09.30 menggunakan mobil truk kampus. Rombongan tiba di Pelabuhan Larantuka sekitar pukul 14.00. Tepat setelah makan siang di Pelabuhan itu, para mahasiswa yang berjumlah 18 orang itu berangkat ke Adonara Barat menggunakan kapal kayu. Perjalanan menyebrangi selat Gonsaluitu hanya membutuhkan waktu sekitar 15 atau 20 menit. Setibanya di Pelabuhan Tobilota, rombongan dijemput dengan mobil pick up menuju lokasi dilaksanakannya kegiatan Festival Benih Leluhur.
Ket: Ibu Maria Loretha, penanggung jawab Sekolah Alam Agro Sorgum, Adonara Barat sedang memberikan pertanggungjawaban dan laporan kegiatan Festival Benih Leluhur, pada Senin (19/06/2023).
Kegiatan Festival Benih Leluhur itu dilaksanakan di Sekolah Alam Agro Sorgum, Waiotan, Desa Pajinian, Kecamatan Adonara Barat, Kabupaten Flores Timur. Sekolah Alam Agro Sorgum merupakan salah satu sekolah yang dikelola oleh Maria Loretha dan berada di bawah naungan Yayasan Pembangunan Sosial Ekonomi Larantuka. Sekolah yang berlokasi langsung di pinggir pantai Waiotan itu berfokus pada pengembangan benih sorgum serta beberapa tanaman herbal, seperti jahe, lengkuas, dan kunyit. Pengelolaan benih sorgum merupakan salah satu bentuk tanggapan dari para pemerhati ketahanan pangan lokal, dalam hal ini Maria Loretha guna membudidayakan kembali benih sorgum yang saat ini hampir punah.
Saat ini dunia global sedang berada dalam krisis pangan. Ketersediaan pangan mulai menurun akibat Pandemi Covid-19 dan diperkirakan akan berlangsung sampai 2023 dan setelahnya (Kompas.id, 02 Desember 2022). Selain itu, perkembangan teknologi rekayasa benih tanaman telah menghasilkan berbagai benih-benih baru, seperti jagung Hibrida, padi UNPIRA, padi INPAGO, padi HIPA, Membaramo dan sebagainya sudah banyak menyita perhatian masyarakat lokal ketimbang melestarikan benih-benih warisan para leluhur, seperti benih sorgum itu.
Atas dasar keprihatinan itu, Direktorat Kepercayaan Masyarakat Adat (KMA) Ditjen Kebudayaan Kemendikbud RI menginisiasi kegiatan Festival Benih Leluhur di Adonara yang mana kegiatan itu akan ditangani langsung oleh Yaspensel dan Maria Loretha. Kegiatan yang akan berlangsung selama empat hari itu, yakni 18-21 Juni 2023 bertujuan untuk mempertahankan ketahanan dan kedaulatan pangan berbasis kearifan lokal. “Melalui gerakan bersama, persis kedaulatan pangan di mana saat ini situasi dunia global mengalami situasi krisis pangan. Dan selain itu juga kondisi alam yang pancaroba saat ini agak sulit ditentukan lagi kapan waktu tanam, kapan waktu panen. Di sini, dengan kondisi alam yang sudah tua, siapa lagi kalau bukan kita yang merawatnya supaya bisa berkelanjutan dan selalu memberi kehidupan kepada kita semua,” kata perwakilan Direktorat KMA Ditjen Kebudayaan Kemendikbud RI Sjamsul Hidi dalam kesempatan perkenalan seluruh partisipan Festival Benih Leluhur itu, pada Minggu malam (18/06/2023).
Selain itu ia menegaskan bahwa program-program yang sedang dikembangkan oleh Maria Loretha, seperti pembudidayaan kembali benih sorgum itu sejalan dengan program Direktorat KMA Ditjen Kebudayaan Kemendikbud RI yaitu berkaitan dengan kedaulatan pangan. Selaras dengan itu, berdasarkan amanat Undang-Undang Pemajuan Kebudayaan, demikian Sjamsul, ada sepuluh objek pemajuan kebudayaan, yaitu tradisi lisan, adat istiadat, ritus, permainan rakyat, pengetahuan tradisional, teknologi tradisional, seni, bahasa, budaya lontaran (tradisi lisan), dan manuskrip.
Berdasarkan kajian mereka bahwa di Nusa Tenggara Timur (NTT) terdapat begitu banyak kearifan lokal yang masih dijaga baik secara turun temurun. Pergelaran Festival Benih Leluhur itu pun menjadi semacam pintu masuk untuk mengeksplorasi seluruh kearifan lokal yang masih dilestarikan selama ini oleh masyarakat adat Flores Timur pada khususnya, oleh masyarakat Nusa Tenggara Timur pada umumnya. Beberapa kearifan lokal yang hendak digali melalui Festival Benih Leluhur itu adalah benih sorgum, padi, jagung, kacang-kacangan serta umbi-umbian.
Kehadiran para mahasiswa IFTK Ledalero dalam kegiatan Festival Benih Leluhur tersebut bertujuan agar mereka sebagai generasi muda terlibat dalam mempertahankan ketahanan serta kedaulatan pangan berbasis kearifan lokal. Kontribusi generasi muda itu penting untuk melestarikan benih-benih pangan warisan para leluhur agar tidak tergerus oleh benih-benih hasil rekayasa teknologi saat ini.
Ket: Pater Dr. Yosef Keladu Koten memberikan sambutan mewakili IFTK Ledalero dalam kegiatan Festival Benih Leluhur, pada Senin (19/06/2023)
Dalam sambutan mewakili IFTK Ledalero, Pater Dr. Yosef Keladu Koten selaku Wakil Rektor I mengapresiasi kegiatan Festival Benih Leluhur tersebut. “Kegiatan-kegiatan ini mengajak bukan hanya masyarakat adat, tetapi juga generasi-generasi muda terutama mahasiswa-mahasiswi untuk kembali mencintai nilai-nilai budaya yang begitu kaya,” katanya dalam sambutan pada hari kedua Festival Benih Leluhur, pada Senin (19/06/2023). Ia juga mengapresiasi Direktorat KMA yang telah melibatkan IFTK Ledalero dalam menerapkan program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) yang mana pada Juli 2023 mendatang akan mengadakan magang lapangan di Kabupaten Lembata.
Terkait dengan kearifan lokal, dosen filsafat tersebut mengatakan banyak kearifan lokal seperti pengetahuan-pengetahuan tradisional tentang cara merawat benih, membuka lahan baru, dan memanen sudah mulai berkurang di kalangan generasi muda saat ini karena pengaruh globalisasi dan perkembangan teknologi. “Karena itu saya katakan untuk kembali ke tradisi lokal bukan sebuah perkara gampang. Tetapi, saya kira ini merupakan keharusan bagi kita untuk kembali, belajar lagi, lihat lagi praktik-praktik yang ada dalam kebudayaan kita, karena nilai-nilai kebudayaan itu dasar peradaban. Kita boleh menikmati perkembangan teknologi, tetapi kalau kita tidak punya dasar yang kuat, ketahanan dalam hal budaya, maka kita akan sangat gampang terombang-ambing,” tegasnya.
Dalam kegiatan Festival Benih Leluhur tersebut juga akan diadakan pameran produk lokal, malam budaya, workshop, teater, kuliner dan kelas benih. Berbagai elemen masyarakat yang turut serta dalam kegiatan festival tersebut ialah Direktorat KMA Ditjen Kebudayaan Kemendikbud RI, Yaspensel, Sekolah Alam Agro Sorgum, IFTK Ledalero, Local Champion, Pengan BAIK, Pandu, Pemkab Flotim, Komunitas Petani, dan Masyarakat Adat.
Fonsi Orlando
SHARE THIS
Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Vestibulum volutpat tortor nec vulputate pe0
Cras consectetur suscipit nisi a fermentum. Class aptent taciti sociosqu ad litora
Vivamus convallis lobortis dolor, eu varius ipsum tincidunt sed. Suspendisse sit amet ante ullamcorp0
Nulla vitae urna orci. Nunc at dictum ligula, vel suscipit nunc.
© Copyright 2025 by Ledalero Institute of Philosophy and Creative Technology - Design By Ledalero Institute of Philosophy and Creative Technology