Keterangan Gambar : Pater Hendrik Maku, SVD (kiri) sedang diwawancarai tim independen di Kantor Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Sikka di Waioti-Maumere, Selasa (5/5/2020).
Maumere, Flores Pos– Dosen Islamologi STFK Ledalero, Pater Hendrik Maku, SVD masuk nominasi untuk meraih penghargaan sebagai Pembina Lingkungan Hidup Kabupaten Sikka tahun 2020. Pater Hendrik menjadi salah satu nominator kuat setelah ia dan mahasiswa serta mitra kerjanya yang bernaung di bawah nama “Aksi Bela Bumi” gencar melakukan pembersihan lingkungan dan penanaman aneka pohon di sejumlah lokasi di Kabupaten Sikka, yaitu penghijauan di mata air Wairkoja, penghijauan di mata air Wairnangka, penghijauan di mata air Desa Wolomotong, dan pembersihan sampah di Kota Maumere.
Pater Hendrik sudah memenuhi undangan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Sikka dan diwawancarai oleh tim independen yang terdiri dari Amir Djonu (Ketua Tim) dengan dua anggotanya Lambertus Abdon dan Hilarius Heling.
Empat Poin Penting
Pater Hendrik Maku, kepada Flores Pos usai diwawancarai, mengatakan sesi wawancara diawali dengan pengambilan data pribadi. Setelah itu, disusul dengan beberapa pertanyaan terkait keterlibatannya dalam kegiatan penghijauan di beberapa mata air selama ini.
“Ada empat pertanyaan yang ditanyakan tim pewawancara, dan dan keempat pertanyaan itu saya jawab sesuai dengan fakta apa yang saya kerjakan beberapa tahun terakhir ini,” katanya.
Pertanyaan pertama terkait nama “Aksi Bela Bumi”. “Aksi Bela Bumi adalah nama kelompok lingkungan hidup yang saya bentuk tahun 2017. Mengapa harus diberi nama Aksi Bela Bumi? Bumi kita hanya satu. Dialah ibu untuk semua. Dia, bumi, telah menyusul, mengasuh, dan membesarkan segenap umat manusia tanpa kecuali. Dia, bumi, adalah ibu untuk semua orang, tanpa membedakan apa pun latar belakang sosial, agama, ras dan budaya yang menjadi identitas dari setiap pribadi. Bumi yang demikian baik untuk semua, namun terkadang ia menangis karena ulah manusia yang tidak tahu berterima kasih. Ibu bumi dieksplorasi dan dieksploitasi secara tidak bertanggung jawab oleh manusia yang rakus. Hutan ditebang untuk berbagai tujuan ekonomis tanpa mempertimbangkan keharmonisan dan keseimbangan ekosistem secara keseluruhan. Pabrik dan perusahaan dibuka di mana-mana. Polusi udara tidak terhindarkan, seakan semua itu harus ditimpahkan ke atas pundak sang bunda, bumi. Bumi sedang memikul beban yang sangat berat. Namun, pernahkah kita manusia merasakan, atau paling kurang memikirkan beban berat yang sedang dipikul oleh sang bunda bumi?” jelas Pater Hendrik.
Terbentuknya kelompok dengan nama Aksi Bela Bumi, lanjutnya, merupakan sebuah aksi solidaritas terhadap nasib ibu bumi yang sedang memikul beban yang berat. Ibu bumi perlu dibantu. Bantuan itu hadir dalam bentuk aksi nyata penghijauan di beberapa mata air dan juga aksi bersih-bersih di beberapa titik di Kota Maumere dan sekitarnya.
Pertanyaan kedua terkait hal positif apa saja yang diperoleh atau yang menjadi hasil dari kegiatan penghijauan itu. “Pertama-tama saya mau katakan bahwa ibu bumi akan menjadi lebih sehat. Dan kalau ibu bumi sehat, maka manusia yang diasuhnya juga akan sehat. Mengapa? Dengan aksi ini, kebutuhan akan air minum yang bersih tercukupi, sebab debit air menjadi lebih stabil. Polusi udara juga ditekan. Hutan yang terawat menjadi paru-paru untuk menyaring udara yang terkontaminasi pelbagai macam kotoran. Manusia kemudian menghirup udara yang bersih. Selain itu, curah hujan juga menjadi stabil dan para petani bisa bekerja di kebun pada waktunya dan kemudian bisa menikmati panenan sesuai harapan,” jelas Pater Hendrik.
Pertanyaan ketiga terkait nilai positif lain yang khas dari “Aksi Bela Bumi” ini. “Aksi Bela Bumi yang saya gagas dan jalankan selama ini sebetulnya adalah sebuah kampanye kerukunan dan dialog antaragama. Saya menjadikan aksi penghijauan di mata air dan juga aksi bersih-bersih sebagai media perjumpaan lintas agama. Semua kelompok sosial dari berbagai latar belakang saya libatkan. Puji Tuhan, semua yang diundang selalu memberikan respons yang positif. Di sini, saya sebetulnya sedang mendidik (tujuan edukatif) umat dari berbagai agama, bahwa agama yang berbeda bukanlah alasan untuk tidak bisa bekerja sama dengan yang lain. Menurut saya, agama bukanlah sekat yang memisahkan. Agama adalah jembatan perjumpaan dengan yang lain. Agama adalah jalan tol menuju perdamaian. Saya sangat yakin bahwa setiap agama mengajarkan nilai yang sama, yakni merawat ibu bumi, menjaga kebersihan lingkungan, merawat hutan di kawasan mata air, dan lain-lain. Semua ini merupakan bagian dari iman,” katanya.
Pertanyaan keempat terkait kapan Pater Hendrik terlibat dalam kegiatan penghijauan dan apa saja yang telah dibuat selama ini. “Sudah lama sekali dan sudah banyak aksi yang saya buat. Sejak tahun 2002, saya sudah terlibat sebagai anggota Frapala (Fratres Pencinta Alam). Kami pernah membuat penghijauan di beberapa tempat, di antaranya di Mata Air Nilo dan di Koro. Kemudian sebagai penggagas Aksi Bela Bumi, beberapa kegiatan yang sudah dilakukan di antaranya penghijauan di mata air Wairkoja (2017), Desa Hoder, Kecamatan Waigete; penghijauan di mata air Wairnangka (2018), di Desa Wolomotong, Kecamatan Doreng; dan penghijauan di mata air Waipung (2019) di Desa Nita, Kecamatan Nita. Selain itu, ada beberapa kegiatan bersih-bersih, semisal pembersihan lingkungan dalam rangka mencegah DBD di Kelurahan Kota Uneng (bekerja sama dengan Ibu Lurah Kota Uneng); aksi bersih-bersih di Geliting; dan aksi bersih-bersih di beberapa titik di Kota Maumere dalam kerja sama dengan Sema STFK Ledalero.
STFK Ledalero Dukung
Keikutansertaan Pater Hendrik Maku, SVD menjadi salah satu nominator penghargaan Pembina Lingkungan Hidup Kabupaten Sikka 2020 ini mendapatkan dukungan dari STFK Ledalero.
Ketua STFK Ledalero Pater Dr. Otto Gusti Ndegong Madung, dalam surat bernomor 2568/D.3/FT/L/2020 tertanggal 29 April 2020 yang ditujukan kepada Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Sikka mengajukan nama Pater Hendrik Maku, SVD sebagai calon penerima pembina lingkungan hidup Tahun 2020.
“Pengajuan nama dosen tersebut didasarkan atas pertimbangan bahwa yang bersangkutan telah melaksanakan berbagai kegiatan serupa dalam beberapa tahun terakhir, misalnya penghijauan di mata air Wairkoja, penghijauan di mata air Wairnangka; penghijauan di mata air Desa Wolomotong; dan pembersihan sampah di Kota Maumere. Kegiatan-kegiatan tersebut dijalankan dalam kerja sama dengan STFK Ledalero, FKUB, utusan umat lintas agama, dan masyarakat sekitar mata air,” kata Ketua STFK Ledalero, Dr. Otto Gusti Ndegong Madung, SVD.*
SHARE THIS
Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Vestibulum volutpat tortor nec vulputate pe0
Cras consectetur suscipit nisi a fermentum. Class aptent taciti sociosqu ad litora
Vivamus convallis lobortis dolor, eu varius ipsum tincidunt sed. Suspendisse sit amet ante ullamcorp0
Nulla vitae urna orci. Nunc at dictum ligula, vel suscipit nunc.
© Copyright 2025 by Ledalero Institute of Philosophy and Creative Technology - Design By Ledalero Institute of Philosophy and Creative Technology