STFK LEDALERO GELAR KULIAH UMUM BIOETIKA

img

            Kuliah umum Bioetika Sekolah Tinggi Filsafat Katolik (STFK) Ledalero, Maumere pada sabtu, 24 Februari 2016 menghadirkan pembicara Dr. Leo Pessini, MI, seorang Superior General biara Santo Kamilus de Lelis (Camelian) di Roma. Kuliah ini dihadiri oleh seluruh Civitas akademika STFK Ledalero, Para Dosen, Para Mahasiswa, dan karyawan-karyawati. Hadir pula dalam kegiatan tersebut, para pimpinan biara, Praeses Seminari Tinggi Santo Petrus Ritapiret, dan praktisi kesehatan Kabupaten Sikka.

         Kuliah umum yang digelar di Aula St. Thomas Aquinas Ledalero ini dimoderasi oleh Dr. Yosef Keladu, Dosen Filsafat pada STFK Ledalero. Dalam kuliah umum tersebut, Dr. Leo memperkenalkan apa itu Bioetika dan bagaimana peran dan manfaatnya dalam pelbagai lintas ilmu. “Bioetika adalah ilmu yang interdisipliner. Ia selalu berhubungan dengan pelbagai persoalan nyata hidup manusia dalam jagat raya. Bioetika juga berhubungan dengan etika global yang di dalamnya mencakup persoalan lingkungan hidup, medis, sosial, politik, gender, dan pelbagai disiplin ilmu lainnya yang bersentuhan langsung dengan hidup manusia,” jelas Dr. Leo.

            Ia menambahkan juga bahwa Bioetika diibaratkan sebuah jembatan yang menghubungkan persoalan hidup yang satu dengan persoalan hidup yang lain. Di negara-negara maju, perhatian pada bioetika ini sudah sangat baik. Ada banyak pertemuan dan sidang formal antarnegara yang terus membicarakan peran bioetika dalam dunia bersama saat ini.

IMG 7033Usai menjelaskan materi yang berlangsung selama 45 menit, Moderator membuka kesempatan untuk berdiskusi. Dalam sesi diskusi, beberapa penanya semisal Dr. Otto Gusti Ndegong Madung mempertanyakan pendapat Dr. Leo berkaitan dengan persoalan LGBT (Lesbian, Gay, Biseksual, Transgender). Bagi Dr. Otto, Persoalan LGBT saat ini menjadi persoalan global yang sangat menantang pelbagai negara, hukum dan norma agama-agama. Selain Dr. Otto, Pater Paskalis Lina juga mempertanyakan bagaimana bagaimana membicarakan bioetika dan pesan ajaran gereja di hadapan ketentuan hukum pidana hukuman mati. Hal ini ditanyakan karena persoalan hukuman mati kerap menuai kontroversi karena berhubungan langsung dengan harkat dan martabat manusia sebagai citra Allah.

            Dr. Leo menanggapi beberapa pertanyaan tersebut dengan menggambarkan berbagai kebijakan negara di dunia yang seringkali tidak sesuai dengan tuntutan etika  kehidupan (bioetika). Namun, hal itu tidak berarti bahwa upaya untuk menelusuri, membicarakan, dan mendiskusikan persoalan bioetika lantas berhenti. Di akhir kuliah umum, Dr. Leo dan Dr. Yosef mendapat penghargaan berupa sertifikat dari STFK Ledalero selaku pembicara dan moderator.

 

*Aldo Foya

BAGIKAN