Ekspresi terkejut dan bahagia yang spontan dan tanpa rekayasa, terpancar dari wajah-wajah penuh kesederhanaan, di puncak Bora. Langit sedang memuntahkan butir-butir yang menghijaukan bumi, jalanan kian licin, saat rombongan Aksi Sosial tiba di SDN Watulagar, Desa Watumerak, Kecamatan Doreng, Kabupaten Sikka, Sabtu (24 September 2016). Tujuan kedatangan itu ialah menyerahkan kepedulian.
Sebagai sebuah seksi dalam kepengurusan Senat Mahasiswi/a STFK Ledalero, roh dasar yang menjiwai Aksi Sosial ialah kesadaran betapa filsafat yang tidak menyata dalam aksi-aksi konkret dan pro-humanisme, tidak lebih dari kesia-siaan. Sesuai nama, Aksi Sosial, salah satu dari program kerja yang dirancang ialah mengumpulkan buku-buku, alat tulis, dan alat berhitung untuk disumbangkan ke taman-taman baca atau ke sekolah-sekolah di daerah terpencil yang berada di Kabupaten Sikka. Untuk melancarkan dan menyukseskan program ini, pengurus seksi telah mengatur agar semua konvik atau komunitas mahasiswi/a turut terlibat, yang dibagi dalam masing-masing bulan. Teman-teman mahasiswa dari Konvik Ritapiret mendapat kesempatan pertama untuk berpartisipasi pada bulan pertama, September 2016, dengan cara menyumbangkan bahan-bahan bacaan, buku-buku tulis, alat-alat tulis, alat-alat berhitung, dan barang-barang lain yang hendak disumbangkan. Rombongan yang terjun ke Bora terdiri atas perwakilan dari Ritapiret (Yurgo dan Romy), ketua SEMA STFK Ledalero (Yanto Lobo), sopir kendaraan STFK Ledalero (Om Tonce), dan perwakilan Aksi Sosial (Reinard L. Meo).
Yanto Lobo dalam pembicaraan lepas menyampaikan bahwa maksud paling mendasar dari aksi berbagi ini ialah kepedulian segenap civitas academica STFK Ledalero pada masa depan generasi muda melalui jalur pendidikan. Lebih lanjut, Yanto menekankan, bukan soal sedikit-banyaknya sumbangan, tetapi lebih kepada sekiranya sumbangan itu dapat dimanfaatkan serta dapat berguna bagi adik-adik pelajar dan para pendidik. Sedangkan mewakili pihak SDN Watulagar, Ibu Marieta Ivoni Balik selaku kepala sekolah PLH (Pelaksana Harian) mengucapkan limpah terima kasih atas inisiatif dan kesediaan STFK Ledalero menyumbangkan apa yang sangat mereka butuhkan, apalagi untuk ukuran sekolah terpencil seperti di Bora. Kegembiraan yang juga besar, hemat Ibu Marieta, ialah bahwa meski berada di sebuah sudut yang sunyi, toh tetap masih ada yang memperhatikan gerak-laju penyelenggaraan pendidikannya.
Untuk diketahui, SDN Watulagar baru memiliki 4 ruang kelas darurat (berdindingkan pelupuh bambu dan beralaskan tanah, kelas 1-4), 65 murid, 4 guru perempuan, 1 operator perempuan, dan 1 tenaga lepas, Pak Are de Peskim. Gedung sekolah yang baru sedang dibangun dengan nilai kontrak Rp.518.872.000,00, tahun anggaran 2016, sumber dana DAU, waktu pelaksaan 120 hari kalender, oleh CV. Laksana dengan konsultan pengawas, CV. Bina Cipta Utama. Aksi berbagi yang sukses tersebut, berawal dari saling kontak antara pihak SEMA STFK Ledalero dan Pak Are. Rombongan yang terjun sekaligus membawa pulang inspirasi-inspirasi baru yang dibagikan oleh Are. Sekiranya segala macam pembangunan segera selesai, dan sebuah pendidikan yang layak dan membebaskan dapat terwujud di Bora, daerah subur penghasil cengkeh dan salak.
(Er El Em / foto: Dok. SEMA STFK Ledalero)
BAGIKAN
PROGRAM STUDI SARJANA FILSAFAT PROGRAM STUDI SARJANA PENDIDIKAN KEAGAMAAN KATOLIK PROGRAM STUDI SARJ0
Penerimaan mahasiswa baru IFTK Ledalero tahun akademik 2025/2026 Prodi Ilmu Filsafat (S1) Prodi Pend0
Pendaftaran Online Program Studi Sarjana Filsafat, PKK, DKV, Kewirausahaan, Sistem Informasi & Magis0
© Copyright 2025 by Institut Filsafat dan Teknologi Kreatif Ledalero - Design By Institut Filsafat dan Teknologi Kreatif Ledalero