•  Beranda  /
  •  Mahasiswa  /
  •  MISA PEMBUKAAN TAHUN AJARAN BARU 2017/2018 DAN LECTIO BREVIS

MISA PEMBUKAAN TAHUN AJARAN BARU 2017/2018 DAN LECTIO BREVIS

img

         Misa pembukaan tahun ajaran baru, Tahun Akademik 2017/2018 Sekolah Tinggi Filsafat Katolik (STFK) Ledalero, Maumere, Flores-NTT, dan Lectio Brevis (Kuliah umum) terjadi pada hari Sabtu, 19/08/2017 di Aula St. Thomas Aquinas, Ledalero. Misa pembukaan dipimpin langsung oleh Ketua STFK Ledalero, Pater Bernadus Raho, SVD dan dimulai tepat pukul 08.30 WITA. Pater Bernard didampingi oleh Wakil Ketua II, Pater Frans Ceunfin, SVD dan Wakil Ketua III, Romo Dr. Philipus Ola Daen, Pr beserta para imam konselebran yang adalah para dosen STFK Ledalero dan para beberapa pimpinan biara/konvik. Misa pembukaan ini dimeriahkan oleh koor dari para mahasiswa convik Carmel, Maumere.

WhatsApp Image 2017 08 20 at 11.49.19Misa pembukaan kali ini mengusung tema “Janganlah Menghalang-halangi Mereka” (Mat 19: 14). Tema ini merupakan sebuah kalimat perintah yang disampaikan oleh Yesus kepada para murid ketika menyaksikan para murid melarang anak-anak untuk mendekati-Nya. Dalam kata pengantarnya, Pater Bernard menegaskan bahwa misa pembukaan ini dirayakan untuk mensyukuri satu tahun akademik yang baru berlalu seraya memohon berkat Tuhan untuk tahun akademik yang baru. “Kita semua telah dihimpun dari berbagai daerah, suku, bahasa, dan datang untuk mengenal Yesus secara lebih dekat dalam kegiatan perkuliahan. Oleh karena itu, pada awal Tahun Akademik ini, kita memohon berkat Tuhan untuk membantu kita mengenal Tuhan secara lebih baik”, kata Pater Bernard.

Menjadi Pelayan Kebenaran

            Pater Frans Ceunfin dalam kotbahnya mengatakan bahwa kegiatan belajar adalah sebuah ibadah kepada Tuhan. Bercermin pada tokoh Yosua dalam bacaan yang mengajak umat Israel untuk jujur dan setia melayani Tuhan, Pater Frans menegaskan bahwa kegiatan belajar-mengajar hendaknya menjadi satu bentuk pelayanan kepada Tuhan. Pater Frans juga mengangkat beberapa kasus yang ditemukan selama kegiatan belajar-mengajar sebagai tanda ketidakjujuran serta ketidaksetiaan kepada Tuhan. Seperti menyontek sebagai tanda tidak takut pada Tuhan, bersikap lamban sebagai tanda tidak setia pada tugas, berlama-lama depan komputer sebagai tanda lemahnya komitmen. “Dari fenomena-fenomena tersebut, kita dapat menyimpulkan bahwa, selain mengabdi kepada Yahwe, kita juga mengabdi kepada dewa-dewa lain seperti dewa kebebasan, dewa rasionalisasi serta dewa internet”, demikian kata Pater Frans.

            Pater Frans juga menambahkan bahwa pada zaman ini, kebajikan intelektual dan watak kepribadian harus menjadi integritas diri seseorang. Menjadi orang baik adalah hasil proses, bentukan dan pembiasaan diri. Kebiasaan-kebiasaan yang baik akan membentuk kepribadian seseorang.

Atas dasar itu, ada empat watak konkrit yang perlu kita miliki. Pertama, sikap terbuka tanpa prasangka untuk menerima dari orang lain. Sikap ini ditunjukkan dengan mendengarkan penuh perhatian pandangan-pandangan yang berbeda tentang satu hal walaupun kita telah mempunyai satu pandangan yang teguh. Orang-orang seperti ini meyakini bahwa pandangan mereka tidak sempurna. Dan mereka memilih lebih setia pada kebenaran daripada pandangan mereka sendiri. Kedua, rasa ingin tahu yang tulus. Rasa ingin tahu datang dari kebijaksanaan. Ia lahir dari kesungguhan untuk mau mempelajari dan menyelidiki sesuatu secara lebih mendalam. Ketiga, jujur. Sikap jujur tidak hanya ada saat mengejar pengetahuan saja tapi lebih pada bagaimana kita menggunakan dan menerapkan pengetahuan-pengetahuan tersebut dalam tindakan-tindakan kita. Menyontek, plagiasi dan rasionalisasi merupakan sikap menentang kejujuran. Keempat, rendah hati. Sikap rendah hati secara intelektual memampukan kita untuk mencintai kebenaran. Dengannya, kita dituntun bukan untuk menjadi pemilik kebenaran melainkan menjadi pelayan, pengabdi, saksi serta pembagi kebenaran.

Pater Frans mengatakan bahwa semua watak di atas telah dimiliki oleh anak-anak. Karena alasan inilah, Yesus tidak melarang anak-anak untuk datang pada-Nya. Kehadiran anak-anak tidak merepotkan Dia tetapi malah mendekatkan mereka satu sama lain. Di akhir kotbahnya, Pater Frans menegaskan bahwa sikap-sikap intelektual kita hendaknya selalu mengarah pada Kebenaran. Kebenaran itu adalah Yesus sendiri. Kegiatan belajar-mengajar sejatinya menghantar kita untuk tinggal dalam Kebenaran. Kegiatan belajar-mengajar membantu kita untuk menjadi manusia yang mencintai Kebenaran. Kegiatan belajar-mengajar hendaknya menjadi misi pelayanan kita pada Tuhan dan sesama.

Etika Keduniawian untuk Rekonsiliasi Politik

Usai perayaan ekaristi, segenap civitas Akademika STFK Ledalero mengikuti Lectio Brevis yang dibawakan oleh Pater Dr. Yosef Keladu Koten, SVD dan dimoderatori oleh Peter Tan, mahasiswa Pascasarjana Semester III. Pater Dr. Yosef Keladu Koten, SVD adalah dosen filsafat di STFK Ledalero yang beberapa tahun lalu menyelesaikan gelar doktornya di University of Santo Thomas, Filipina.

Dalam Lectio Brevis tersebut, Pater Yosef membahas tema tentang “Etika Keduniawian dan Kontribusinya pada Rekonsiliasi Politik: Sebuah Studi atas Pemikiran Politik Hannah Arendt”. Materi ini merupakan sebagian kecil dari disertasi doktoralnya. Dalam kuliah umum tersebut, beliau menjelaskan secara sistematis bagaimana kontribusi Etika Keduniawian Hannah Arendt, filsuf perempuan keturunan Jerman-Yahudi terhadap rekonsiliasi politik.

Etika Keduniawian menyiratkan sebuah pemahaman tentang berpikir mengenai dunia dan menilai sebuah tindakan yang terjadi dalam dunia. Berpikir dan menilai sangat mendasar dalam tanggung jawab terhadap dunia, entah dengan mengambil tindakan untuk memelihara dunia bersama atau dengan menyampaikan pendapat tentang segala sesuatu yang terjadi dalam dunia. Pater Yosef menambahkan bahwa fenomena ganda berpikir dan menilai secara konkrit dimanifestasikan dalam diskusi Arendt tentang ‘bercerita’ dan ‘pengampunan politik’. Keduanya telah menjadi sarana utama dalam mempromosikan rekonsiliasi politik. Hal ini jelas dalam pembentukan ‘komisi kebenaran’ yang mempunyai tugas utama menemukan kebenaran akan kesalahan masa lampau dan mendorong pengampunan bagi kelomppok yang bertikai.

Terhadap materi ini, Dr. Leo Kleden, salah satu penanya, mempertanyakan bagaimana cara menerapkan metode ‘bercerita’ pada para saksi sejarah yang sudah meninggal. Menanggapi pertanyaan ini, Pater Yosef menegaskan bahwa menurut Hannah Arendt, kita tidak harus membutuhkan saksi yang masih hidup. Sebab tidak semua saksi yang hidup dapat memberi kesaksian (dalam bahasa Arendt: ‘bercerita’) secara benar. Bisa jadi ada kepentingan-kepentingan tertentu di dalamnya. Bercerita menurut Harendt mengandaikan adanya persiapan terlebih dahulu. Sebelum bercerita, orang sudah berpikir secara benar dan matang-matang tentang apa yang ia ceritakan. Saat bercerita, kita bisa membedakan antara orang yang bercerita dengan sudah berpikir sebelumnya dengan orang yang bercerita asal-asalan. Dan menurut Pater Yosef, Komisi Kebenaran memiliki kemampuan untuk membedakan itu.

Pengarahan Umum

Setelah mengikuti Lectio Brevis, segenap mahasiswa mendengarkan pengarahan umum berkaitan dengan hal-hal baru tentang kampus. Mahasiswa dibagi dalam dua kelompok dengan menempati ruangan yang berbeda. Kelompok mahasiswa prasarjana (S1) menempati aula St. Thomas Aquinas sedangkan mahasiswa pascasarjana (S2) menempati ruangan kelas Yosef Suban Hayon. Pater Bernard Raho yang memberikan pengarahan pada mahasiswa S1 mengatakan bahwa tidak ada perubahan aturan yang signifikan dalam kampus STFK Ledalero tahun ini. Kita masih menggunakan aturan yang telah disepakati bersama. Karena itu setiap mahasiswa harus membaca dan mendalami buku pedoman STFK Ledalero.

Selain itu, ada beberapa hal bagus yang disampaikan oleh Pater Bernard, antara lain, tahun ini, STFK Ledalero mendapat seorang dosen baru yakni Pater Amandus Klau, SVD. Juga Pater Leo Kleden yang sudah selesai menjalani tugasnya sebagai Provinsial SVD Ende kini sudah kembali dan menetap di Ledalero. Pater Bernard juga mengucapkan profisiat atas prodi teologi (S2) yang baru-baru ini telah direakreditasi B.

Secara khusus Pater Bernard juga mengapresiasi mahasiswa-mahasiswa yang telah mengharumkan nama kampus dengan mengikuti lomba-lomba baik di tingkat lokal maupun di tingkat nasional. Beliau menghimbau mahasiswa-mahasiswa untuk terlibat dalam perlombaan-perlombaan yang diadakan baik oleh kampus maupun oleh pihak luar. Beliau juga mengucapkan selamat pada para mahasiswa yang telah menerbitkan karya-karya mereka dalam bentuk buku. Hal ini juga tentu merupakan sebuah kemajuan yang bagus bagi kampus.

(Red. FBK)

BAGIKAN