Memperingati hari Pahlawan Nasional, SEMA STFK Ledalero selenggarakan STFK Fair di Kampus STFK Ledalero yang berlangsung pada, 11 November 2017 di aula kampus tersebut. Ada berbagai kegiatan yang diselenggarakan pada momen ini, di antaranya Festival musik akustik, dramatisasi puisi dan pentas teater, pameran buku dan seni lukis serta Stan makanan Nian Tana. Kegiatan ini disponsori oleh Bank Mandiri, Nian Tana Café, Choin Entertainment Soundsystem and lighting dan didukung oleh penerbit Ledalero dan Gramedia. Kegiatan ini berlangsung tepat pukul 04.30 Wita dan dipandu oleh Aster Seda dan Deni Galus sebagai Master of Ceremony (MC).
Karlo Madur selaku ketua panitia STFK Fair dalam kata sambutannya mengatakan bahwa kegiatan STFK Fair merupakan suatu bentuk penghargaan dan kenangan akan perjuangan para pahlawan bangsa. Kegiatan ini juga adalah wujud semangat anak bangsa untuk menghidupi kembali perjuangan para pahlawan dalam meraih kemerdekaan. Kegiatan itu dapat ditunjukkan lewat bakat dan kemampuan yang dimiliki oleh anak-anak muda. Pada kesempatan yang sama ketika dihubungi secara langsung Har Jansen selaku ketua Senat Mahasiswa STFK Ledalero mengatakan bahwa kegiatan STFK Fair merupakan suatu kegiatan yang dilaksanakan untuk mengenang jasa para pahlawan. Kegiatan ini membantu kaum muda untuk mengembangkan bakat dan potensi dalam diri mereka khususnya lewat musik akustik dan teater. Kegiatan ini adalah wadah dan momentum pengembangan diri. “Sebagai suatu wadah anak-anak muda dituntut dan dilatih untuk mengembangkan bakat yang mereka miliki. Sangat disayangkan apabila bakat mereka terpendam begitu saja hanya karena tidak ada yang bisa mewadahi proses pengembangan bakat mereka” katanya.
Seni di Atas panggung
Acara STFK Fair dimulai dengan festival musik akustik yang dihadiri oleh enam SMA yang ada di Kabupaten Sikka, di antaranya SMA Bhaktiarsa Maumere, SMA Seminari Bunda Segala Bangsa, SMA Negeri I Nita, SMK Negeri I Maumere, SMK Negeri 3 Maumere dan SMA Baktiarsa. Dalam perlombaan ini, setiap SMA menunjukkan kebolehannya masing-masing dengan menyayikan lagu wajib dan lagu pilihannya masing-masing. Lagu-lagu yang dibawakan begitu menarik, sehingga membuat team juri sempat bingung untuk memilih team yang terbaik. “acara ini begitu berkelas dan peserta-pesertanya juga sangat berkelas. Para juri bingung menilai kelompok mana yang menang.” Kata bapak Romi Keo sebagai salah satu juri. Ia juga melanjutkan bahwa musik akustik akan telihat indah dan seni apabila ada kontras warna musiknya. Oleh karena itu warna musik akustik mesti berbeda satu sama lain. Hal inilah yang menjadi penilaian utama dari bapak Romi Keo.
Setelah festival musik akustik, acara kemudian dilanjutkan dengan pentas sastra dari beberapa kelompok minat sastra yang ada di Maumere. Acara pertama dibawakan oleh IKIP Muhamdyah dengan dramatisasi puisi W. S. Rendra yang berjudul Gugur. Kemudian dilanjukan dengan monolog dari teater Aletheia Ledalero dengan judul “Pesan Pencopet kepada Pacarnya” .
Acara STFK Fair ditutup dengan pementasan teater dari teater Pilar STFK Ledalero dengan judul “Patung kemerdekaan, kemerdekaan Patung”. Teater yang disutradarai oleh Ansel Langowuyo ini berbicara tentang nasib kemerdekaan Indonesia. Perjuangan para pahlawan merebut kemerdekaan sepertinya direbut kembali oleh orang-orang yang haus akan kekuasaan dan harta. Lukisan tentang kemerdekaan diubah dan dibuat carut marut oleh berbagai tangan yang ingin mendapatkan keuntungan pribadi atau kelompok. Maka, satu hal yang diinginkan oleh pelukis adalah mengembalikan kemerdekaan dengan membaca ulang proklamasi kemerekaan 17 Agustus 1945. “Melalui patung kemerdekaan mau digambarkan bagaimana nasib kemerdekaan Indonesia sekarang ini. Patung kemerdekaan ini adalah wujud dan sekaligus gambaran dari wajah kemerdekaan Indoenesia. Patung kemerdekaan dijual dan dipermainkan begitu saja oleh tangan-tangan penguasa. Patung proklamasi kemerdekaan harus digambar ulang dan proklamasi mesti dibaca ulang, agar kita tetap dan selalu merdeka sama seperti tanggal 17 Agustus 1945” jelas Vian Djo sebagai salah satu pemeran teater Pilar.
Teater Pilar merupakan nama teater STFK Ledalero. Nama teater ini diberikan oleh Ansel Langowuyo bersama Selo Lamatapo. Teater Pilar adalah wadah bagi para mahasiswa STFK Ledalero yang mencintai teater untuk mengembangkan dan menyumbangkan minat sekaligus bakat teater yang mereka miliki. Ia juga merupakan wadah bagi kelompok-kelompok teater yang ada di berbagai konvik yang bergabung di STFK Ledalero.
Seluruh rangkaian acara STFK Fair kemudian ditutup dengan pembacaan kejuaraan festival musik akustik. Sebelum pembacaan juara, juri memilih vokalis terbaik yang diraih oleh vokalis SMA Negeri I Nita, basis terbaik yang diraih oleh SMA 2 Maumere, gitaris terbaik yang diraih oleh SMA Bhaktiarsa, dan Kajoon terbaik yang diraih oleh SMA 2 Maumere. Sementara untuk kejuaraan festival musik aksutik, juara satu diraih oleh SMA Negeri I Nita, juara II diraih oleh SMA Bhaktiarsa, juara III diraih oleh SMA 2 Maumere, juara IV diraih oleh SMA Seminari Bunda Segala Bangsa, juara V diraih oleh SMK Negeri 3 Maumere, dan juara VI diraih oleh SMK Negeri I Maumere. (Milin Kowa/red)
BAGIKAN
PROGRAM STUDI SARJANA FILSAFAT PROGRAM STUDI SARJANA PENDIDIKAN KEAGAMAAN KATOLIK PROGRAM STUDI SARJ0
Penerimaan mahasiswa baru IFTK Ledalero tahun akademik 2025/2026 Prodi Ilmu Filsafat (S1) Prodi Pend0
Pendaftaran Online Program Studi Sarjana Filsafat, PKK, DKV, Kewirausahaan, Sistem Informasi & Magis0
© Copyright 2025 by Institut Filsafat dan Teknologi Kreatif Ledalero - Design By Institut Filsafat dan Teknologi Kreatif Ledalero