Mahasiswa/i STFK Ledalero yang bergabung dalam Kelompok Teater PILAR mementaskan sebuah teater berjudul Sembilan Dua pada Hari Sabtu, 10 November 2018 di BigGong Tedang Cafe, Maumere. Naskah teater ini bertolak dari hasil pembacaan kembali atas peristiwa gempa dan tsunami di Maumere pada 12 Desember 1992. Pementasan ini juga menjadi salah satu bagian dari rangkaian Maumerelogia III: Festival Sastra dan Teater yang diselenggarakan oleh Komunitas KAHE Maumere. Sejumlah kelompok teater pun ikut ambil bagian dalam kegiatan tersebut mulai dari teater pelajar, teater kampus, dan teater komunitas.
Teater Sembilan Dua hendak merefleksikan kembali situasi penderitaan manusia terutama pasca gempa dan tsunami di Maumere silam. Pemaknaan terhadap peristiwa tersebut lebih mengarah kepada pembangunan kembali kekuatan baru untuk menata kehidupan bersama. Bencana gempa dan tsunami bisa datang kapan saja dan dalam berbagai bentuk. Manusia hanya perlu mewaspadai diri sambil tetap berkeyakinan dalam melaluinya. ‘Sembilan Dua’ menjadi titik tolak baru untuk menata kembali kehidupan sosial dan ekonomi. Naskah pementasan dari Teater PILAR sendiri ditulis dan disutradarai oleh Rian Rotok, Jimy Kerans, Ardi Suhardi, dan Elton Wada. Teater ini tidak hanya melibatkan mahasiswa tetapi juga beberapa mahasiswi dari semester satu.
Membakar Penderitaan
Dalam lakon tersebut Teater PILAR secara garis besar menampilkan sebuah pertunjukan yang apik. Perpaduan musik gong waning dan lakon minim dialog dari para aktor mengantar para penonton yang hadir di BigGong Tedang Cafe bisa nikmati suasana dan keseluruhan alur dari pementasan tersebut.
Refleksi atas peristiwa gempa dan tsunami yang terjadi di Kota Maumere diungkapkan dalam gerak teatrikal, tari dan musik. Penampilan Sembilan Dua dibuka dengan lakon siluet yang diperankan oleh Wawan Jehamun dan Defri Ngo. Tubuh mengalami sebuah pergolakan sekaligus memikul suatu kenyataan yang memilukan. Adegan ini melambangkan situasi penderitaan saat gempa dan tsunami. Adegan selanjutnya menghadirkan sosok perempuan (Cici Mumun) yang memegang sebuah bingkai foto sambil tertawa dan meratap secara bergantian. Kehadiran para pemikul peti (Yansen Paji, Albert Muda, Beri Unggas, Sandri Loreng) hendak menggambarkan beban penderitaan yang dialami oleh para korban bencana gempa dan tsunami. Pada babak berikutnya tampil ketua adat (Chois Baga). Ia melihat penderitaan akibat gempa dan tsunami sebagai hukuman dari Wujud Tertinggi. Selain itu, penderitaan juga ditunjukkan dengan kehadiran perempuan-perempuan penari berpakaian hitam (Erin Raga, Icha Sawung, Putri Panggo, Merry Mi, dan Ningsih) dengan meratapi para pemikul peti yang tak sadarkan diri. Ratapan perempuan menunjukkan rasa kehilangan yang mendalam akibat gempa dan tsunami. Pada adegan ini, semua lakon para perempuan ditampilkan dalam tari dan diiringi dengan musik gong waning.
Klimaks lakon Sembilan Dua dilambangkan dengan kemunculan cahaya obor sebagai simbol masih adanya harapan dan kehidupan. Obor bercahaya itu dibawa ke dalam lingkaran pemeran oleh seorang perempuan.
Sutradara ingin menunjukkan bahwa sebuah harapan bisa datang termasuk dalam situasi sulit sekalipun. Selain itu, pemeran perempuan juga membawa batu merah sebagai lambang pembangunan kembali. Di adegan akhir, ketua adat membakar peti sebagai lambang kehancuran penderitaan. “Penderitaan tidak boleh membuat kita berhenti berusaha. Kita harus bangkit dari penderitaan dan menata kembali kehidupan kita dari puing-puing harapan yang ada untuk menjadi lebih baik”, ujar Elton Wada, salah satu sutradara dari Teater PILAR.
Kegiatan pementasan ini juga menampilkan beberapa pementasan dari Komunitas Teater Dala IKIP Muhamadiyah Maumere, Teater Likat Telo Solor, Teater Refrein SMAS Johon Paul II Maumere, dan Coloteme Arts Movement, Kupang.
(Fian Watu)
BAGIKAN
PROGRAM STUDI SARJANA FILSAFAT PROGRAM STUDI SARJANA PENDIDIKAN KEAGAMAAN KATOLIK PROGRAM STUDI SARJ0
Penerimaan mahasiswa baru IFTK Ledalero tahun akademik 2025/2026 Prodi Ilmu Filsafat (S1) Prodi Pend0
Pendaftaran Online Program Studi Sarjana Filsafat, PKK, DKV, Kewirausahaan, Sistem Informasi & Magis0
© Copyright 2025 by Institut Filsafat dan Teknologi Kreatif Ledalero - Design By Institut Filsafat dan Teknologi Kreatif Ledalero