•  Beranda /
  •  E-Mading /
  •  Opini /
  •  SEMANGAT DAN PERAN MAHASISWA SEBAGAI PAHLAWAN MODEREN ABAD KE-21

SEMANGAT DAN PERAN MAHASISWA SEBAGAI PAHLAWAN MODEREN ABAD KE-21

img

KONVIK SEMINARI TINGGI ST. PETRUS RITAPIRET


SEMANGAT DAN PERAN MAHASISWA

SEBAGAI PAHLAWAN MODEREN ABAD KE-21

Oleh Gerald Chrislay Rato

Salah satu alasan fundamental yang melatarbelakangi kukuhnya eksistensi negara ini dari zaman ke zaman ialah karena hadirnya mahasiswa/i di setiap perkembangan zaman. Ia dikenal sebagai sosok yang tak pernah padam semangatnya dalam membela negara.  Semangat muda yang terus bertumbuh dalam dirinya bisa dijadikan sebagai skala perbandingan yang membedakan antara dirinya dengan kaum tua. Semangat muda dalam diri para mahasiswa/i tidak pernah luput diliput media masa. Seluruh media masa tak pernah bosan-bosanya menyajikan kedahsyatan pemikiran para mahasiswa/i yang selalu memekikkan berbagai macam ketimpangan sosial yang terjadi.  Alunan nada argumentasinya yang sering direkam media masa bisa menjadi salah satu bukti bahwa kehadiranya betul-betul mempengaruhi eksistensi negara ini.

Dalam tataran kehidupan sosial pun para mahasiswa/i dihargai sebagai figur yang dapat diandalkan. Ia menjadi figur yang selalu dibanggakan karena dianggap mampu menjadi generasi yang selalu diharapkan. Terutama dihargai secara khusus karena semangatnya yang membuat ia berperan sebagai figur yang mampu mencerahkan masa depan negara ini. Oleh karena kehadiranya sangat berarti bagi masa depan bangsa ini maka ia menjadi sorotan utama yang selalu diperhatikan di mata peradaban zaman ini. Hal ini mengandung arti bahwa tindak tanduk para mahasiswa/i akan selalu menjadi topik yang tak pernah tuntas dibicarakan. Ia akan selalu mejadi salah satu menu pemberitaan media masa yang diolah menjadi opini untuk dikonsumsi publik.

Pada sisi yang lain, perlu diakui secara jujur bahwa ada pula sebagian mahasiswa/i yang mudah rentan terhadap virus pengaruh perkembangan zaman. Pengaruh dari perkembangan zaman kemudian menularkan penyakit kelumpuhan pada jati diri mahasiswa/i. Gejala dari penyakit kelumpuhan jati diri ini ditandai dengan ketidakberfungsinya suara hati dan tumpulnya kecerdasan akal budi dalam mengatasi persoalan yang ada. Secara gradual ia pun bergerak menuju pada kehancuran. Hal ini tentunya akan mengubah paradigma masyarakat  dan membuat publik ragu mendefinisikan para mahasiswa/i sebagai salah satu alasan fundamental akan eksistensi negara ini.

Sudah saatnya para kaum muda yang tersamarkan dalam diri para mahasiswa/i menyimak realitas perjuangan nasional para pahlawan di masa lalu sebagai sebuah obat penyembuh penyakit pelumpuhan jati dirinya. Semangat perjuangan para pejuang yang sampai gugur di medan perang membuat seluruh masyarakat menaruh animo yang tinggi kepada para pejuang. Para pejuang yang kemudian gugur di medan tempur akhirnya mendapat gelar kehormatan sebaga pahlawan pembela Negara. Berankat dari realitas tersebut maka tidak ada salahnya apabila dunia memberi gelar kepada para mahasiswa/i sebagai pahlawan modern abad ke 21. Dialah  pahlawan yang hidup di zaman modern pada abad ini.

Adapaun terdapat sejumlah tuntutan moralitas yang termuat dalam gelar pahlawan modern itu. Hal utama yang mesti dilenyapkan dalam diri para mahasiswa/i ialah perilaku eksentriknya yang menyebabkan dekadensi moral belakangan ini. Selain itu, semangat patriotisme haruslah menjadi landasan yang menghidupi segala macam bidang kehidupan yang ada. Lebih luas dari itu, hendaknya pula semagatnya diprakarsai oleh sikap gotong royong, berpikir kritis-selektif, dan  sikap untuk melayani. Sikap gotong royong haruslah menjadi landasan nasionalismenya dalam meringkus para penguasa yang mementaskan ketidakadilan dimana-mana. Ia juga harus menampik segala persoalan krusial sembari mengusung nilai-nilai humanitas lewat sikap kritis-selektifnya. Terikat pula dengan sikapnya dalam melayani, para mahasiswa/i haruslah mengindahkan apa yang  pernah disampaikan oleh Paus Fransiskus di Rio Janeiro Brazil pada 28 Juli 2013 kepada seluruh perwakilan OMK yang datang dari seluruh dunia. Paus Fransikus berujar demikian “pergilah janganlah takut dan layanilah.” Pernyataan ini hendaklah memacu para mahasiswa/i untuk berani melayani dunia, seperti yang telah dilakukan para pahlawan kemerdekaan tempo dulu.

Seperti dalam paparan sebelumnya, para mahasiswa/i haruslah memperhatikan peran utamanya sebagai pahlawan di panggung realitas kehidupan ini. Eksistensinya sebagai pahlawan modern abad ini semestinya memainkan perannya dalam membela dan menjaga integrasi bangsa ini dari bayang-bayang disintegrasi. Kehadiran para mahasiswa/i yang senantisa berjalan di setiap lorong sejarah juga harus menjadi pemerhati terhadap setiap rintihan ketidakadilan. Terlampau tepat dikatakan bahwa  seluruh kaum muda secara khusus yang duduk pada kursi mahasiswa/i yang sedang berjuang mengantongi gelar pada bidangnya masing-masing haruslah meniru semangat pahlawan masa lalu yang membela negara ini. Para mahasiswa/i mempunyai peran khusus dalam menentang “pembungkam kebenaran” yang membungkus keadilan dengan ketamakan dan kepongahannya lewat wibawa kekuasaanya. Kita yang disebut mahasiswa haruslah menjadi betul-betul mahasiwa yang secara khusus berperan sebagai pahlawan modern abad 21.**



 Mading Edisi III November 2016

BAGIKAN