•  Beranda /
  •  E-Mading /
  •  Opini /
  •  KAUM MUDA DAN PLURALITAS (Kaum Muda yang Berbudaya di hadapan Pluralitas Budaya Barat)

KAUM MUDA DAN PLURALITAS (Kaum Muda yang Berbudaya di hadapan Pluralitas Budaya Barat)

img

Wisma Gabriel - Ledalero


 

                Keadaan geografis Negara Indonesia yang memiliki banyak pulau yang terbentang dari sabang sampai Marauke sangatlah memungkinkan Indonesia memiliki keanekaragaman budaya yang menjadi warna sekaligus identitas suatu daerah tertentu. Keanekaragaman ini adalah sebuah kekayaan yang patut untuk dilestarikan dan bukan untuk dilupakan. Namun, hal ini telah dilupakan oleh masyarakat Indonesia khususnya kaum muda yang adalah tunas-tunas dari sebuah bangsa multikultuarisme ini. Manusia sebagai individu dalam peziarahannya selalu dihadapkan dengan sekian banyak kemajemukan sebagai salah satu ciri dari dunia dewasa ini. Kemajemukan yang adalah hasil karya manusia sendiri bukan lagi menjadi suatu kekayaan melainkan telah berbalik arah menjadi moncong senjata yang siap mengeluarkan banyak peluru untuk mengeksekusi sekian banyak kebudayaan dengan keanekaragamannya,karakter manusia,mentalitas manusia sekaligus relasi manusia dengan sesamanya. Fenomena global yang telah dan sedang terjadi di mana pengaruh budaya barat masuk dan merasuki setiap bidang kehidupan sosial sekaligus kejiwaan setiap individu telah mengaburkan orginalitas kebudayaan tertentu sekaligus menghilangkan identitas setiap individu. Selain itu, latar belakang yang membentuk setiap individu menjadi sebuah polemik sosial saat setiap individu melihat kemajemukan dan mengambil tindakan sesuai dengan ideolaginya. Singkatnya, kebangkitan kehidupan modern telah menghantar kita ke dalam forum untuk mendiskusikan setiap polemik yang disodorkan oleh fakta sosial mengenai kebudayaan sebagai identitas kaum muda di tengah pluralitas. Lantas, apa yang perlu dilakukan manusia sebagai makhluk berbudaya untuk membendung serangan kemajemukan dewasa ini sehingga tetap dilihat sebagai kekayaan?

Perubahan sosial adalah proses transformasi yang terjadi di dalam struktur masyarakat dan di dalam pola pikir dan pola tingkah laku yang berlangsung dari waktu ke waktu (Macionis, 1987:615). Unsur yang paling penting di dalam defenisi ini adalah adanya perbedaan atau perkembangan di dalam struktur, pola pikir dan pola tingkah di dalam masyarakat. Perbedaan itu bisa diamati setelah membandingkan keadaan sebelum dan sesudah perubahan itu terjadi. Setiap individu tentunya tidak serta merta menerima segala sesuatu yang menurutnya asing. Hal ini menunjukan keberadaannya sebagai makhluk yang berakal budi. Pengaruh kebudayaan barat di bumi Nusantara ini tidak dilihat sebagai salah satu hal sangat negative karena tidak semua pengaruh kebudayaan barat dan kemajemukannya adalah negative. Melainkan realitas menuntut setiap individu untuk membangun dalam diri daya berpikir kritis untuk menerima segala sesuatu dengan kemajemukannya. Kaum muda Indonesia telah terperangkap dalam arus globalisasi dengan kemajemukannya. Hal ini sangat nampak dalam kehidupan sosial saat ini, di mana kaum muda saat ini sangat jarang bahkan malu untuk mengakui kebudayaannya sendiri dalam interaksi dengan sesamanya. Seluruh kehidupannya diarakan kepada kebudayaan barat. Pengetahuan akan kebudayaan asli yang membentuk pribadinya terasa begitu dangkal saat ditanya ketimbang kebudayaan barat. Solusi untuk mengatasi masalah ini adalah dalam diri setiap kaum perlu dibangun daya berpikir kritis dan menyamkan setiap ideologinya sebagai makhluk yang berbangsa dan berbudaya. Tampak, pada tataran ini adanya suatu persatuan komunitas kaum muda ideal dalam menanggapi budaya barat dan kemajemukannya dengan daya berpikir kritis untuk memperkaya kebudayaan asli tanpa menghilangkan nilai-nilai luhur dari kebudayaan asli.


 

Mading Edisi II/10/ 2016                                                                                             Kaum Muda dan Pluralisme.

BAGIKAN