•  Beranda /
  •  E-Mading /
  •  PERJUANGAN KEMANUSIAAN: SUATU PERJUANGAN MELAWAN KESERAKAHAN MANUSIA

PERJUANGAN KEMANUSIAAN: SUATU PERJUANGAN MELAWAN KESERAKAHAN MANUSIA

img

I. Pengantar 

Sedari awal Allah menciptakan langit dan bumi serta isinya demi kebahagiaan hidup manusia. Penciptaan manusia tujuannya untuk saling melengkapi, mendukung, membangun dunia dan menciptakan perdamaian yang mendatangkan kebahagiaan bagi hidup manusia. Inilah visi-misi Allah. Namun, apa yang menjadi visi-misi Allah ini nampaknya bertepuk sebelah tangan. Keserakahan, ketamakan, kedengkilan hati manusia mwmbawa manusia jatuh dalam dosa dan menghantar manusia kepada kehancuran. Kisah manusia jatuh ke dalam dosa merupakan gambaran ketidaksetiaan dan keserakahan manusia (bdk. Kej 3:1-19)

Memasuki abad ke-21, dunia internasional mesti berhadapan dengan situasi dan peristiwa perang, terosisme, konflik Israel-Palestina dan kelompok-kelompok raddikal. Kelompok teroris misalnya ISIS (Islamic state in Iraq and Syria) dengan aksi anarkisnya telah memakan korban yang tak terhitung banyaknya. Pembunuhan secara tragis, penganiayaan terhadap pribadi-pribadi yang tak bersalah dan pemerkosaan terhadap kaum hawa sungguh menyayat hati. Peristiwa semacam ini seolah-olah jiwa manusia itu tak bernilai. Dan baru-baru ini kita dikejutkan dengan peristiwa pembantaian massal pada konser musik di Las Vegas yang menewaskan 59 orang dan 527 orang terluka[1]. Lagi-lagi pribadi –pribadi tak bersalah menjadi korban dari kebrutalan dan keganasan manusia zaman ini. Sungguh tragis dan sadis melihat peristiwa semacam ini. Lebih jauh lagi, peristiwa seperti ini menunujukkan ketakwarasan manusia dan memasuki fase yang sangat serius dimana manusia mengalami degradasi moral. Keserakahan dan ketamakan masih menguasai dan mendominasi karakter dan jiwa manusia zaman ini. Oleh karena itu, dalam tulisan ini saya tertarik untuk menguraikan bagaimana sebenarnaya perjuangan kemanusiaan itu dalam konteks peristiwa yang ada berhadapan dengan keserakahan dalam pribadi manusia itu sendiri.

II. Perjuangan Kemanusiaan: Suatu Perjuangan Melawan Keserakahan Manusia

            Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia serakah diartikan selalu hendak memiliki lebih dari yang dimiliki. Keserakahan diartikan kelobaan, ketamakan dan kerakusan. Secara hakiki, keserakahan sebenarnya bisa diterima jika tidak disertai dengan aksi anarkis. Di sini yang menjadi persoalannya bahwa kehendak untuk memiliki lebih dari yang dimiliki arahnya kepada hal-hal yang destruktif atau memusnahkan kehidupan sesama makhluk atau pribadi manusia. Saya melihat bahwa ada indikasi dan kebiasaan dalam menggapai sesuatu yang lebih dimana memberikan prioritas yang tinggi guna mempertahankan kepentingan pihaknya sendiri atau kepentingan pribadi yang bersangkutan.

            Ada asumsi yang perlu dilihat berkaitan dengan berbagai peristiwa yang telah terjadi. Bahwasanya ada satu paham atau pandangan yang dibangun dan dihidupi oleh kelompok tertentu untuk memusnahkan pribadi-pribadi manusia. Tak dipungkiri bahwa ada kepentingan dibalik semua peristiwa yang mengakibatkan tewasnya jiwa-jiwa manusia. Sebagai contoh, pada level internasional, terorisme merupakan bentuk resistensi terhadap ketidakadilan global, politik luar negeri negara-negara kapitalis (Amerika Serikat) yang arogan dan hanya mau menguntungkan negaranya sendiri.[2] Kepentingan-kepentingan seperti itu hemat saya berakar pada keserakahan. Merasa tidak puas dengan apa yang dimiliki dan mengambil jalan lain dengan jalan perang, pembunuhan, pemerkosaan dan penganiayaan untuk melampiaskan rasa ketidakpuasan yang ada. Berangkat dari keserakahan itu pula yang terkadang menghalalkan segala cara demi jalan menuju kepuasan diri.

            Perjuangan kemanusiaan tidak akan menemukan titik terang. Semakin gigih perjuangan menjunjung nilai kemanusiaan semakin gencar pula aktivitas kejahatan dengan segala nuansanya yang dibangun. Dan fakta berbicara demikian. Memang di sini kita sepertinya menemukan kesulitan dan menemukan jalan buntu untuk menyelesaikan fenomena kejahatan yang terjadi. Usaha dan perjuangan untuk tujuan yang mulia akan menimbulkan reaksi keras dari para pencinta kejahatan. Seruan dari PBB dan lembaga-lembaga internasional yang berkecipung dalam persoalan kemanusiaan yang memainkan peran sentral mulai dari tindakan mengkoordinasikan usaha pemulihan sampai dengan usaha menstabilkan konflik hingga tahap rekonstruksi tidak memberikan jaminan. Bahkan, seruan –seruan lembaga-lembaga internasional itu dijawab dengan aksi pemboman, pembantain massal, dan penembakan. Saya amat yakin kita mengutuk tindakan anarkis dan tindakan ketidakmanusiaan yang melecehkan nilai martabat manusia sebagai makhluk mulia.

III. Penutup

            Peristiwa perang, pembunuhan, pemerkosaan, pemboman dan penganiayaan adalah fakta konkrit yang tentunya menjadi tantangan bagi komunitas global. Berkaitan dengan seputar peristiwa ini dunia internasional dan semua pegiat kemanusiaan pastinya memiliki harapan bahwa semuanya berakhir dan terciptalah dunia yang penuh kedamaian. Bertalian dengan itu masyarakat global mengharapkan adanya perubahan sikap dari aktivis-aktivis kejahatan. Memang di sini masyarakat global dihantui oleh beberapa pertanyaan sentral dan mendasar sampai sejauh mana sebuah praktik kemanusiaan yang berisi proses penyelesaian persoalan tetap berlaku mampu bertahan guna mengatasi penderitaan manusia di tengah zona perang, pembunuhan, pemerkosaan, dan pembantain massal yang dilatarbelakangi keserakahan manusia? Perjuangan dalam bidang kemanusiaan selama ini setidaknya membawa harapan baru akan dunia yang lebih baik. Dan lebih jauh lagi membawa perubahan dan kesadaran cara pandang, karakter dan jiwa para akitivis kejahatan. Sehingga dunia ini kembali menjadi tempat dan rahim bagi setiap manusia berbagi kasih. Mari terus berusaha dan berjuang bersama untuk dunia yang lebih beradab sehingga setiap manusia merasa aman berada di dalamnya.

 



[1] Berita,”Polisi Las Vegas Kebingungan Terkait Pembantain oleh Faddock”, Pos Kupang, 8 Oktober 2017, hlm. 3.

[2] Yohanes D. Udu,”Turbulensi Islam-Barat: Tantangan Perenial Bagi Peradaban Global”, Akademika, 11:2 (Ledalero:Januari-Juni 2017), hlm. 11.

BAGIKAN