" Potongan Tubuh Puisi" | Yos Bataona

img

Puisi-puisi Yos Bataona*


 

Potongan Tubuh Puisi

Setiap lembaran puisi yang kutulis

Adalah potongan tubuhku sendiri

 

Aku merelakan sebelah tanganku

Menjadi sebuah bait gerimis

Biarkanlah ia jatuh di rambutmu

Sebab aku menanti diusap jemarimu

 

Masihkah kau simpan sepasang sajak:

‘Fajar Bersama Mawar’ di dalam hatimu

Keduanya mengalir dari bola mataku

Yang belum pandai menatapmu wajahmu.

 

Tak perlu bertanya perihal kertas terakhir

Yang kukirimkan, tuliskan saja seribu

Barisnya yang kosong dengan darahmu

Andai kau tahu ia tercipta dari jantungku.

 

Ledalero, 11 Februari 2018


 

 Creatio ex Nihilo

Dada semesta alam terlahir dari ketiadaan.

Hawa dihadirkan demi mengisi kehampaan Adam.

Dirimu ada karena tiada wajah surga di bumi ini.

Agar aku bisa memandang senyummu.

Sebuah gerbang yang pernah dilintasi malaikat pembawa

puisi gembira kepada seorang perawan di kota Nazaret. 

Ledalero, Februari 2018


DI JALAN MENUJU KAPELA

 

Pada sebuah jalan yang dibentangkan pagi bagimu.

Kau menjejalkan kakimu yang tak berkasut.

 

Dari saku jubahmu

berjatuhan benih milik penabur. 

 

Bertumbuhlah aneka pepohonan

entah angan atau kenangan yang

menjangkau awan.

 

Di atasmu melintas seekor gagak

lalu ia hinggap pada ranting kering

yang dikutuk kemarau.

 

Ragamu mulai ragu setelah telapakmu

berdarah dikecup karang dan belukar.

 

Kau terus berlangkah

walau akan jatuh

 

untuk yang ketiga kalinya.

 

Ledalero, 15 Februari 2018


Bening dari Hening

Semua yang bening datang dari hening.

Seperti embun, katamu. Bocah-bocah

Yang dilahirkan kesunyian malam.

Mereka ditanggalkan dari rahim langit

Lalu ditinggalkan dalam pelukan bumi.

 

Seperti sepasang matamu, kataku.

 

Ledalero, 24 November 2017

 


 

*) Yos Bataona, dilahirkan di Kupang, 24 Januari 1996. Kini, berstatus mahasiswa semester II di STFK Ledalero. Ia pegiat di Komunitas Sastra Seminari Oepoi (Kontas Sepoi) dan Areopagus-Novisiat Sang Sabda Kuwu. Kini, ia menetap di unit St. Gabriel Ladalero.

Foto Yos Bataona.

 

BAGIKAN