Prof. Stephan van Erp Beri Kuliah Umum The hiddennes of Grace: The Political Theology of a Wounded Church

img

            IFTK Ledalero mengadakan kuliah umum pada Senin, 30 September 2024 yang dibawakan oleh Profesor Stephan Van Erp dengan tema THE HIDDENNES OF GRACE: The Political Theology of a Wounded Church (Ketersembunyian Rahmat: Teologi Politik Gereja yang Terluka). Pada bagian pengantar, Profesor mengutip Wahyu 21:25, “lihatlah aku menjadikan segala sesuatu baru”. Lebih lanjut Van Erp menegaskan bahwa ada teks-teks Kitab Suci yang menyajikan aneka naskah yang memungkinkan kita untuk memahami apa yang diperagakan di antara kita melalui rahmat Allah, entah di dalam sejarah, atau bersama kita , namun tidak pernah hanya oleh kita. Selain itu van Erp juga mengutip Gaudium et Spess, 11. Isi materi kuliah umum ini terdiri dari tiga bagian.

            Pertama, Blindeness and sight: Grace  perfects Human Life (Kebutaan dan Penglihatan: Rahmat Menyempurnakan Hidup Manusia) Van Erp mengawali penjelasannya dengan mengajukan pertanyaan dapatkan sebuah perekutuan terluka itu menjadi persekutuan sakramental? Merujuk Thomas Aquinas, Van Erp menjelaskan empat luka utama dalam kodrat manusia, yaitu akal budi, kehendak, perasaan, dan keingingan. Gereja dan teologi  menurutnya mesti teru menerus mencari hal-hal yang dapat menyingkapkan dan mewujudkan narasai tanda-tanda yang berfunngsi untuk meneguhkan iman.

            Kedua, Seeing the icon of the invisible God: The Politics of Representing Christ (Melihat Gambar/Ikon Allah yang Tidak Kelihatan: Politik Perwakilan Kristus). Menurut Van Erp Untuk mengenali bagaimana peragaan/kinerja iman dapat menjadi sarana bagi diskresi/pindai politik Gereja, maka teramat pentinglah untuk terlebih dahulu menjelaskan makna ungkapan ‘melihat dengan mata iman’.

            Ketiga, Hiding in Christ, Faith Manifests Poverty (Bersembunyi di Dalam Kristus: Iman Menjelmakan Kemiskinan).Dalam surat yang sama kepada jemaat di Filipi, guna menjelaskan apa yang menurutnya harus dilakukan sesamanya orang Kristen (Filipi 2:5-10). Profesor menegaskan bahwa isi yang tidak terduga dari pesan ini ialah bahwa penampakan Kristus yang nir-ilahi (undivine)inilah yang membawa-Nya kepada peninggian ilahi. Hemat Paulus, orang-orang Kristen harus memiliki di antara mereka sendiri sikap ilahi seperti yang dinyatakan di dalam Kristus.

Pada bagian akhir kuliahnya, Van Erp mengatakan bahwa “saya telah memaparkan cara-cara membangun sebuah teologi politik Gereja yang bercorak performatif, di mana Gereja mendapati dirinya sedang menanggapi dunia yang sarat makna dan dirahmati, di mana tata kelolanya tidak terbatas pada prosedur saja, tetapi di mana Gereja dapat bertindak seraya mengantisipasi sebuah masa depan yang hadir dan sedang berlangsung. Situasinya bukanlah terutama bahwa untuk menjadi sebuah persekutuan sakramental, kita hanya perlu memperagakan kesadaran itu ke sebuah masa depan – yang akan dengan cepat membuat kita putus asa dan bersikap sinis karena keterbatasan kemampuan kita untuk melakukannya”.

            Pada sesi diskusi yang dimoderasi oleh P. Willy Gaut, Van Erp menegaskan bahwa diskusi mengenai teologi politik itu bersifat intensif. Terhadap pertanyaan dari P. Bastian Limaheking, Can the neoliberal system be the sign of God Kongdom?. Van Erp menegaskan bahwa supaya kita berhati-hati dalam menggunakan term neoliberalisme, Gereja tidak perlu terlibat dalam politik, tapi Gereja memiliki beberapa kewajiban politik seperti memberi makan yang miskin. Salah satu peserta bertanya tentang conversion. Van Erp menegaskan sekali lagi bahwa conversion dalam berbagai bentuknya dalam hubungannya dengan politik bersifat persuasif dan merupakan undangan dari Allah kepada kita untuk tidak hanya membawa sabda kepada orang lain tapi menghidupi sabda itu. Omes, salah seorang mahasiswa pasca sarjana bertanya tentang bagaimana sebuah comunitas yang terluka dapat melayani dunia? Menjawab pertanyaan tersebut, Van Erp menegaskan bahwa sakramen-sakramen yang dirayakan, misalnya ekaristi kita berhimpun untuk saling merangkul berama dengan yang terluka dalam sebuah komuitas. Kita mesti menunjukan negativecontrasexperineces, melihat Allah hadir di dalam diri orang yang terluka. Kuliah umum ditutup dengan doa.  Kuliah umum ini diiukuti oleh para dosen IFTK Ledalero dan mahasiswa program Magister Teologi (S2).

 

Sie Publikasi HMT IFTK Ledalero.

 

prof stephan van erp kuliah umum di iftk 2024 2

Dosen dan mahasiswa Pascasarjana Imu Agama/Teologi Katolik sementara mengikuti kuliah umum

SHARE THIS