•  Beranda /
  •  E-Mading /
  •  Puisi /
  •  ORANG INI JELAS-JELAS LEBIH DARI GEORG (narasi puitik 40 malam Georg Ludwig Kirchberger SVD)

ORANG INI JELAS-JELAS LEBIH DARI GEORG (narasi puitik 40 malam Georg Ludwig Kirchberger SVD)

img

GEORG BUKAN HANYA ITU

 

Orang ini yang kita kenal jelas-jelas Georg
Tetapi mustahil hanya itu Georg
Karena Georg bukan hanya itu
Georg pasti lebih dari itu

Seserpih rahasia-lah Georg di semesta jagat raya
Ada Georg yang tampak mata
Ada Georg yang tidak kasat mata
Ada Georg yang kita berprasangka
Sebatas kebodohan dan kedangkalan pengetahuan kita

Ada Georg yang lancar dan indah bahasa indonesianya
Yang lembut, tenang dan datar suaranya
Bahasa tuturnya adalah dirinya
Tapi ini pasti lebih dari dirinya
Bahasanya adalah kasihnya
Adalah cintanya yang tak terukur oleh waktu dan ruang
Yang mengalir hilir tanpa arah kembali
Bagaikan anak sungai meriak-riak ke tepian tanpa selesai

Sudah tidak salah lagi orang ini adalah Georg
Tapi mustahil orang ini sebatas Georg
Georg adalah cinta yang benar
Pastilah Georg itu adalah wajah Sang Sabda

Sebab Georg adalah keluasan samudera
Sedangkan kita semua adalah kesempitan got-got selokan
Mustahil-lah samudera yang meluas hingga cakrawala
Diukur oleh kumpulan semut meskipun jumlahnya berjuta-juta
Tidak mungkinlah orang ini adalah Georg yang sebenar-benarnya
Tak mungkin ini Georg yang sesingkap-singkapnya
Ini pasti hanya sebagian dari samarannya
Ini pasti Georg yang hanya sebatas penugasannya
Agar kita selalu rindu hari itu tiba
Ketika Georg berkenan membocorkan rahasia langit
dan cakrawala
Ketika Georg mengungkapkan sejumlah rahasia
Untuk menarasikan frekwensi dan irama yang melintas-lintas di sekitar dirinya
Untuk menunjukkan ke mana kita melangkah hingga menapak di alas tiba
Di mana saat itu saudara kematian datang tanpa diundang
Kongkalingkong dengan Sang Sabda, Maha Penciptanya
Dalam kemesraan tanpa kasat mata dibingkai kaul-kaul kebiaraannya
Georg memain-mainkan kita dengan kata, lagak-laku dan ilmu pengetahuan
Menirukan Sang Sabda yang tak pernah tidur mencintai kita
Yang sesekali bermain sandiwara dan mentertawakan kita

Maka sangat jelas orang ini bukanlah Georg yang tanpa rahasia
Seluas-luasnya ilmu kita takkan sanggup meneliti dan menguak tabirnya
Sebagaimana Tuhan itu sendiri tak mungkin kita mengenal-Nya
Kecuali IA sendiri yang merevelasilkan dan memperkenalkan diri-Nya

Kepada kita di bumi yang hobi menikmati penyakit-penyakit digital milenial
Yang menyebut benar bukan benar tetapi kebohongan yang diciptakan serta yang diucapkan berlulang-ulang
Yang mengimani kehebatan dan bertengkar memperebutkan kekuasaan dan uang
Yang memompa-mompa diri untuk mencapai suatu keadaan yang disangka sebagai kebahagiaan
Oleh Tuhan ditambahi lagi jenis kuman dan bakterinya
Tetapi Georg pasti ditugasi untuk membawa obat penawarnya
Karena demikianlah kebiasaan Sang Sabda yang ditabiri rahasia cinta

 

BERSUNGGUH-SUNGGUH DAN SUNGGUH 

 

Saleh, orang ini; tidak pernah terlihat sedikitpun marah, ngomel, ngambek, murung dan cemberut; selalu stabil; tersenyum dan bersuara lembut; tidak pernah terburu-buru dan bernafsu-nafsu

Orang ini, fokusnya hanya menjadi bagi orang lain, yang dalam ruang kelas dia menyebutnya dengan beberapa istilah: "man for others, Menschen fuer die Anderen, ada bagi yang lain, bermanfaat bagi sekalian makhluk, rahmat bagi dunia dan sesama"

Orang ini tidak pernah hobi cerita nama orang lain, apalagi omong tentang dirinya sendiri, kecuali dalam keadaan sangat terpaksa, yaitu ketika kalau 'ditodong' dalam suasana santai dan tidak resmi; itu pun jawabannya selalu yang itu-itu; hanya ada dua; bahwa memang telah menjadi cita-citanya sejak frater di Sankt Gabriel, Austria untuk nanti bekerja sebagai pengajar di seminari tinggi SVD, begitu setelah ditahbiskan imam; bahwa gondrong plus brewoknya yang terurai awal mulanya adalah protes kepada pimpinan rumahnya yang waktu itu melarang dan mencela rambut lebat panjang dan brewok; disambung dengan cekikikan kecil tapi tidak lama; lalu tambahnya: “zaman saya dulu itu adalah zaman pemberontakan intelektual pasca konsili Vatikan kedua”

Protes yang sama, orang ini lakukan ketika di Ledalero dari awal hingga akhir thn 80-an; saat itu rektor rumah, Pater Embuiru SVD, sering mengeritik secara terbuka frater-frater yang rambut gondrong kribo, janggutan dan celana komprang berlebihan sampai gesek-gesekan lantai atau tanah; orang ini dengan sunyi tanpa kata tampil ke mana-mana, di ruang kelas dan di gereja, dengan rambutnya yang panjang serata bahu dipadu dengan brewok berwarna perak putih terurai; ketika celaan itu pergi, gondrongnya lenyap tapi brewok tetap menempel di dagu dan pipinya meski tidak lagi lebat terurai; brewoknya ikut menua dan menipis

Orang ini, baik hati, sopan santun, sangat membantu dan penuh cinta; ambisinya yang utama dan pertama-tama ialah membuat orang lain menjadi orang; dia akan mengurusmu sampai benar-benar menjadi orang; orang ini sejatinya sedang melaksanakan apa yang dia ucapkan dalam kuliah antropologi teologi, yang kemudian dibukukan berjudul Pandangan Kristen Tentang Dunia dan Manusia, di halaman 19 tentang hominisasi, bahwa tugas mulia seorang manusia ialah meningkatkan dirinya dari tahap hominisasi menjadi humanisasi; itulah sebabnya orang ini dengan telaten mendampingimu, yah, itu tadi, untuk mengantarkanmu naik kelas dari hominisasi ke humanisasi, dari hanya menjadi fisik 'homo' menuju lebih human

Kepadamu orang ini ingin berkata, ayo, menjadi manusia itu tidak sekali jadi, tapi proses tanpa selesai hingga mati; bahwa menjadi fisik 'homo' adalah pemberian (=Gabe) Allah, dan bahwa kewajibanmu sekarang ialah mengalihkan pemberian itu menjadi tugas (= Aufgabe); orang ini membimbingmu untuk menjenjangkan hidupmu dari Gabe ke Aufgabe; bukankah ini sebuah praksis cinta yang tuntas dan tidak setengah-setengah?

Jadilah orang ini sebuah praksis dan teori sekaligus; apa yang dilakukannya, dia sedang berteori sejatinya; dan ketika sedang berteori di ruang kelas dan seminar, itulah apa yang dilakukannya; begitulah ketika orang ini mendengarkanmu, dia mendengarkanmu bersungguh-sungguh dan sungguh; sengaja saya gunakan frase 'bersungguh-sungguh dan sungguh" hanya untuk membahasakan keseriusan, kemurnian hati dan cintanya yang mendalam kepadamu; dia bersungguh-sungguh dan sungguh menjawabimu meskipun banyak pertanyaanmu tergolong tidak berguna, bodoh dan konyol; dia juga menikmati bersungguh-sungguh dan sungguh terhadap lucu-lucu, nyeleneh, olok-olokan dan banyolanmu yang receh dan murahan; tapi dia tidak pernah sedikitpun mencelamu, apalagi memotong pembicaraanmu; kalau pun dia hendak menyahutimu, seringkali dia mengangkat jari telunjuknya, memohon-mohon kepadamu agar diberikan kepadanya giliran berbicara; maka tahu diri dan malu-lah engkau di depan kerendahan-hatinya; orang ini adalah pendengar sejati; orang ini adalah Georg yang bersungguh-sungguh dan sungguh!

Orang ini, benar; meminjam istilah almarhum Pater Pinon: orang ini selalu hidup dalam kesadaran; selalu sadar dari mana dan ke mana, yang dalam istilah moderen sekarang, orang ini memiliki kesadaran positioning yang sangat tinggi; karena benar, orang ini khusuk doanya dan berkata apa adanya; orang ini adalah apa yang dikatakannya dan diperbuatnya; kata dan lagak-laku satu tak terpisah

Bagi orang ini, amukan badai di atas sana, rasa terguncang di dalam badan, semuanya bersatu dalam jiwa; orang ini tetap berjalan merunduk sambil senyum; jika dengan kepala tegak, wajahnya selalu terpancar keramahan yang terbanjiri kucuran keringat dan sengat terik mentari

Bagi orang ini, kelemahan orang lain bukan kendala untuk mencinta; bukan alasan membuatnya pusing mempersangkai; memahami, memaafkan dan memberi solusi, itulah kunci yang selalu dipegangnya; orang ini memang paling cerewet dan ngeyel membimbing tesis; tapi paling setia dan selalu ada untukmu hingga tesismu dinyatakan lulus dan selesai; barulah orang ini melepasmu pergi; dia tersenyum memandangmu melangkah jauh dan terus menjauh tanpa perlu dia mendengarkanmu berucap, terimakasih Pater!

Ketika gempa dahsyat mengguncang Bukit Mentari yang kokoh, megah dan permai itu, orang ini disadari akhirnya layak diteladani; yaitu lagak-laku dan praksis hidupnya yang meminggir dan menepi

Ada suatu kurun waktu, orang ini menepi di Wairpelit, membimbing para mahasiswa awam; beberapa rumah didirikannya dan di sinilah orang ini memaklumkan sebuah cinta yang tak biasa; dia makan tidur bersama mereka,  memasak sendiri dan dalam arti tertentu menghidupi sendiri; tapi brevir, doa komunitas dan ekaristi, tetap rutin dan tak berubah; dari sinilah orang ini hendak berwarta bahwa sesungguhnya menepi adalah jalan sunyi untuk memihak kepada orang kecil, tersisih dan pinggiran; pada akhirnya Ledalero di bukit megah mentari itu tahu bahwa jalan Sabda ialah jalan sunyi, jalan meminggir dan jalan menepi; bahwa hanya di atas jalan seperti itu, seseorang bisa menyapa yang terpinggirkan sembari bersujud kepada Sang Sabda di Singgasana

Orang ini, warga Serikat Sabda Allah (SVD) yang paling tulen; empat puluh tujuh tahun sudah orang ini meninggalkan tanah kelahirannya Jerman, mati bagi kebudayaannya sendiri demi memberi hidup bagi kebudayaan lain, ialah kebudayaan Maumere, tempat persemaian ahli waris Sang Sabda di Bukit Mentari; orang ini benar -benar telah memperagakan misteri inkarnasi kepada semesta

Orang ini sudah lama selesai dengan dirinya sendiri; kalau pun orang ini tampak bergaya serius untuk menguraikan apa yang dipikirkannya, hati orang ini tak meminta apa-apa kecuali bagaimana menyenangkan anak-anaknya yang di depan mata

Maka tak terlintas sedikit pun pada orang ini bermimpi menaklukkan dunia sebab dunia sangat murah harganya; nama besar dan tenar, kemegahan dan kegagahan amat sangat diremehkannya dan tak akan pernah dikenakannya sebagai pakaian

Kaki orang ini pun tidak pernah meloncat menggapai langit karena tak ada alasan untuk lari terbirit-birit; tangannya tidak mengacungkan tinju ke angkasa sebab tak ada satu unsur apapun di dunia ini yang membuatnya  kagum dan terpana; kemampuan dan kekuatannya tak menguasai siapa-siapa karena orang ini tidak tertarik pada kemenangan atas manusia

Orang ini, yah, orang ini, jelas-jelas lebih dari Georg yang kasat mata; jelas-jelas lebih dari orang ini yang dinarasikan di sini; orang ini tetaplah seserpih misteri yang siang malam selama hidupnya meneteskan rahasia langit; yang akhirnya setelah dia pergi, kita-kita yang di bumi dimurnikannya untuk merindu-rindu yang benar, untuk jangan merindu-rindu yang palsu dan semu, untuk hanya merindu-damba yang sejati, ialah kebahagiaan kekal yang tak mati-mati

 

DUA SAJAK KEPADAMU

 

(1).Ini Allah Macam Apa

 

Kini kau tiada bagi mata insani namun selalu ada bagi mata iman; kau abadi dalam sanubari, tak mati-mati

Ada tapi tiada-lah kau; tersembunyi namun nyata-lah kau; sebab yang tampak di sini sejatinya maya; memang yang tampak adalah yang ada; ada-nya itu hanyalah sejauh-jauh waktu dalam batas-batas langkah terengkuh

Ingin selalu kupersembahkan kepadamu sajak-sajak sederhana; pikiran-pikiran sederhana; perasaan-perasaan dan hasrat sederhana

Sebab hidup ini pun sederhana saja; kau telah nyaris sempurna mempersaksikannya; kau dilahirkan secara sederhana di sebuah dusun terpencil sangat sederhana di bagian selatan Jerman; dari rahim ibumu yang sederhana

Sajak-sajakku adalah doaku; agar kau bantu aku di dalam memenangkan pertarungan melawan segala kesia-siaan; agar aku merasa jijik terhadap cita-cita dunia yang muluk; dan berusaha mengurangi nafsu memburu yang seolah-olah benar padahal aslinya semu; agar aku selalu awas terhadap janji-janji dunia yang aduhai dan terhadap semangat yang serba mengelirukan; yang menerima kebohongan sebagai benar karena kebohongan itu ditayang secara terus menerus dan diucapkan berulang-ulang menjadi viral

Allah yang kau perkenalkan kepadaku  telah melepaskan Adam dan Hawa ke bumi beserta anak turunannya; aku tahu apa maksudnya! ialah untuk menguji apakah mereka dewasa memahami kebebasan yang diberikan; Allah yang satu dan sama itu jugalah yang proaktif mendekati mereka dan memampukan mereka mengikuti hukum-hukum-NYA

Ini Allah macam apa; gumamku tanpa selesai dalam pencaharian dan pengembaraan, sepanjang-panjang usia membentang; tercenung aku dalam kesendirian nan senyap

Kini kau tak usah lagi bergumam begitu; yah aku tahu; hanya ini sajak-ku: jika nanti aku selesai menjalani tugas di sini, kuharap mulutku tidak kelu ketika mengucap nama Allah kita, Sang SABDA

Ada-mu di bumi adalah warta lantang akan hakekat seorang makhluk dekil yang fana; yang hanya diberi tugas membangun persaudaraan seluas-luas melampaui batas-batas famili dan sanak keluarga hingga akhir waktu ditibakan kepadanya

Maka aku pun bersajak tanpa gentar: ambillah aku ya Sang SABDA, sewaktu-waktu; tak pernah sedikit pun aku merebut dari-MU hak untuk menentukan saat itu; kematianku hendaknya sederhana saja; toh hidup ini sederhana saja

 

(2).Orang Ini

 

Dalam gumuruh bising ibukota

Terkenang cintamu yang melebihi waktu dan ruang

Mengatasi tanggal kematianmu

Abadilah engkau dalam kalbu

 

Berlalulah terus wahai arak-arakan awan kelabu

Tak kan pernah kau dapat sirnakan orang ini

Ia memang serpihan debu

Teduhnya kenangan kami membuatnya tidak mati-mati

Jumpa dia kembali di surga di suatu waktu

Dunia ini toh hanya tempat singgah makan dan minum

Dan ketika setiap langkah menapak di alas tiba

Saudara kematian menyapa tanpa diundang

 

Wahai Sang Sabda, dengarlah!

Orang ini yang duduk disisi-MU adalah manusia bersahaja

ENGKAU -lah yang dicarinya selama di dunia

((gnb:tmn aries:jkt:juli 2023),

*** Gerard N. Bibang adalah alumnus’86, IFTK Ledalero, pernah membantu Pater Kirch, demikian panggilan akhrabnya, selama lima bulan di thn 1984 membidani tema mendasar teologi dogmatik yang kemudian lahir dalam bentuk diktat dengan nama Antropologi Teologis. Bahasa dan substansi dibahas dengan tingkat keseriusan yang sama. Membaca bersama dengan amat teliti beberapa buku utama, di antaranya Strukturen des Boesen karya teolog Jerman, Eugen Drewermann. Nama ini kemudian menjadi familiar ketika saat bekerja di Jerman, sering melihat wajah ini di televisi-televisi ketika membahas topik-topik teologis. Nama Antropologi Teologis tidak asing sesungguhnya. Karena di kelas filsafat di tahun-tahun itu, kami sudah mendapat kuliah Antropoloigi Metafisika yang diampu oleh Guus Cremers, SVD. Bayi antropolgi teologis ini kemudian ketika matang dan dewasa, saya dengar, berubah nama menjadi: Pandangan Kristen Tentang Dunia dan Manusia, thn 2002.

 

Pada bulan-bulan yang sama, sesudah kelar dengan Antropologi Teologis, kami melakukan hal berbeda, tidak membidani tetapi lebih banyak merevisi total struktur dan isi diktat eklesiologi yang tahun-tahun sebelumnya dia kuliahkan dengan judul Gereja Terbuka . Pada tahun-tahun itu, untuk judul ini, oleh frater-frater kakak tingkat kami, sering dipelesetkan dengan sebutan Gereja Menganga. Revisi sangat banyak. Diktat yang sebelumya kurus, kini menjadi gemuk. Bersama tampilannya yang sangat tambun itu, hasil revisi ini lahir kembali dengan nama baru: Gereja Yesus Kristus Sakramen Roh Kudus dan siap dikuliah-perdanakan kepada angkatan kami. Dengan judul yang sama, diktat ini diterbitkan dalam serial buku PASTORALIA, setahun kemudian.

BAGIKAN

PENERIMAAN MAHASISWA BARU

rs_img

Informasi Program

PROGRAM STUDI SARJANA FILSAFAT PROGRAM STUDI SARJANA PENDIDIKAN KEAGAMAAN KATOLIK PROGRAM STUDI SARJ0

rs_img

Pengumuman

Penerimaan mahasiswa baru iftk ledalero tahun akademik 2024/2025 Prodi Ilmu Filsafat (S1) Prodi Pend0

rs_img

Pendaftaran Online Program Sarjana dan Magister

Pendaftaran Online Program Studi Sarjana Filsafat, PKK, DKV, Kewirausahaan, Sistem Informasi & Magis0